Depok (ANTARA) - Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia (UI) menggelar Pekan Komunikasi 2021 secara daring yang membahas optimalisasi penggunaan teknologi di era Hyper-Connected Society.

Dekan FISIP UI, Dr. Arie Setiabudi Soesilo dalam keterangannya di Depok, Kamis, mengatakan dari tahun ke tahun, acara ini memperlihatkan wujud dari communication in action karena berbagai kegiatan dilaksanakan seperti seminar, workshop, lomba, dan company visit.

Menurut dia, penggunaan teknologi di era sekarang diyakini dapat menjadi celah untuk tetap bertahan di era ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi dan menjawab kebutuhan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Baca juga: Vokasi UI buka program studi produksi media jenjang Sarjana Terapan

Baca juga: Pakar komunikasi sebut penanganan COVID-19 melebar ke aspek politik


Tahun ini, Pekan Komunikasi UI mengangkat tagline "See the Unseen" untuk mendorong semangat berpikir kreatif dan melihat peluang dalam pengoptimalan teknologi digital agar dapat beradaptasi di era pandemi.

Dengan tema “Adaptaion in the uncertainly Era” yang diangkat untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan kesadaran mengenai cara beradaptasi di era pandemi yang membawa implikasi terhadap sendi-sendi kehidupan, melalui optimalisasi penggunaan teknologi di era hyper-connected society.

Pada seminar hari pertama Pekan Komunikasi UI 2021 dengan topik “Communication Strategy: Seize the Oppotunity in the Uncertainly Era", hadir sebagai pembicara Reza Juniarshah (Corporate Communication Director Traveloka dan Alumni Ilmu Komunikasi), Whisnutama Kusubandio (Komisaris Utama Telkomsel), dan Thor Kerr (Senior Lecture School of Media, Creative Arts and Social Inquiry, Faculty of Humanities Curtin University).

Sejak kehadirannya pada 2007, ia menjadi tempat yang mempertemukan mahasiswa terbaik se-Indonesia untuk memberikan solusi atas sebuah fenomena dengan pendekatan ilmu komunikasi. Visi Pekan Komunikasi UI adalah menjadi kompetisi ilmu komunikasi terbaik di Indonesia, juga dapat berkontribusi kepada seluruh pihak yang terkait.

Corporate Communication Director Traveloka Reza Juniarshah mengatakan salah satu faktor penyebaran COVID-19, yaitu mobilitas dan traveling. Ketika itu terjadi yang sangat jelas terdampak adalah industri pariwisata.

Selama pandemi terdapat perubahan pola kebutuhan dan perilaku masyarakat dalam menentukan aktivitas berwisata. Traveloka melakukan studi melibatkan beberapa ribu pengguna dan menghasilkan tiga kesimpulan, yaitu penerapan protokol kesehatan yang terjaga, fleksibilitas pemesanan, dan promosi harga yang selalu dicari customers.

Dari hal tersebut lahirlah inovasi-inovasi baru Traveloka dan strategi untuk tetap bisa melayani para customers pada saat pandemi, seperti Clean Partners merupakan komitmen dari partners Traveloka untuk mematuhi protokol kesehatan, Order Now and Delivery untuk mengajak social distancing, serta Traveloka Live Stream menawarkan program seru dan promosi dari aplikasi dan media sosial Traveloka.

Sementara itu, Thor Kerr menjelaskan mengenai jaringan kabel telegram untuk bisa berkomunikasi antarnegara. "Pada akhir tahun 2018, kabel sepanjang 4.600 km beroperasi dengan kapasitas 60 terabyte per second untuk menghubungkan Australia, Indonesia, dan Singapura," katanya.

Jaringan kabel pertama Australia-Indonesia, selesai pada tahun 1871 ketika kabel bawah laut dibentangkan dari Darwin ke Banyuwangi.

"Pada tahun 1889 untuk membangun kecepatan komunikasi yang tinggi kabel sepanjang 1650 km diletakkan dari Banyuwangi ke Broome. Kabel yang sudah terpasang sejak dulu itu merupakan jaringan komunikasi untuk masa depan, seperti yang kita nikmati saat ini," ujarnya.

Baca juga: FISIP UI Hasilkan "Doktor Langka" Ilmu Komunikasi

Baca juga: UI raih juara umum ajang GEMASTIK 2016


Komisari Utama Telkomsel Whisnutama Kusubandio yang berbicara tentang kedaulatan digital menyatakan berbagai macam start up atau platform digital tumbuh besar saat ini. Pentingnya mewujudkan kedaulatan digital untuk menciptakan peluang dan potensi para pelaku jasa dan produk-produk lokal Indonesia dapat berkompetisi di era digital, bahkan menjadi juara di negeri sendiri.

"Dengan adanya upaya mewujudkan kedaulatan digital ini, Indonesia mempunyai peluang dan potensi yang lebih baik ke depannya," ujarnya.

Kedaulatan tidak hanya soal perbatasan wilayah antarnegara, tetapi juga platform digital, karena jangan sampai perluasan jaringan internet bukan untuk Indonesia, tetapi justru platform atau start up bangsa asing, dan Indonesia hanya menjadi pasar.

"Bangsa kita harus bisa menciptakan peluang agar menjadi pemenangnya di era digital ini. Semakin kita mengenal sesuatu akan pasar, akan semakin mudah menguasainya," ujar Whisnutama.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021