Jakarta (ANTARA) - Senior Vice President, Global Infrastructure and Customer Support AWS Peter DeSantis mengatakan fleksibilitas dan kecakapan manusia serta teknologi, dinilai sebagai hal penting untuk mengimbangi beban pekerjaan, terlebih gaya bekerja yang kini mulai berubah karena adanya pandemi COVID-19.

"Fleksibilitas kini sangat penting untuk bisa mengimbangi dan menjalani berbagai beban pekerjaan di mana pun dibutuhkan," kata DeSantis dalam keynote speech-nya di AWS Summit Online ASEAN, Selasa.

Lebih lanjut, ia mengatakan berbagai teknologi terkini merupakan upaya untuk membuat hal tersebut semakin mudah dilakukan. Mulai dari kehadiran komputasi awan (cloud), machine learning, big data analytics, Internet of Things (IoT), hingga kecerdasan buatan (Artificial Intellengence/AI) yang kian akrab dengan keseharian.

Baca juga: AWS gandeng Midtrans dukung adopsi cloud untuk UMKM

Baca juga: AWS luncurkan Edge Location perdana di Indonesia


Menambahkan, Managing Director ASEAN AWS Conor McNamara mengatakan AWS sebagai penyedia solusi teknologi tersebut berusaha untuk membantu pelanggannya menghadapi normal baru (new normal) yang menuntut pengguna berkawan dengan teknologi digital.

"Pertama adalah bagaimana memungkinkan bisnis tetap berputar. Contohnya adalah Storehub Malaysia yang meluncurkan Beep Delivery dalam tiga hari di AWS. Selanjutnya memastikan bahwa bisnis bisa bertahan, seperti AWS membantu TaskUs menerapkan solusi aman yang dapat diskalakan untuk memberi agennya akses jarak jauh ke aplikasi kerja," jelas McNamara.

"Lebih lanjut, menghemat biaya. Seperti yang dilakukan Simak dari Indonesia yang penghematan biaya bisa dicapai karena mereka hanya dihargai sepersepuluh dari biaya server fisik mereka (oleh AWS). Terakhir adalah penskalaan yang mulus (seamless scaling), yang contohnya, memungkinkan pengguna TranS meningkat dari 1.000 ke 450 ribu pengguna kurang dari tiga bulan," imbuhnya.

Di Indonesia sendiri, Chief of Information and Digital Officer XL Axiata Yessie Yosetya memaparkan sejumlah tantangan dan strategi para pelaku di industri telekomunikasi untuk mencapai pengalaman bekerja yang lebih seamless ini.

Yessie menjelaskan, beberapa tantangannya antara lain kapasitas infrastruktur aplikasi layanan yang terbatas, keterlambatan waktu dalam mengembangkan dan menerapkan aplikasi, dan biaya yang tinggi.

Namun, ia mengatakan pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menyongsong perubahan ke komputasi awan dan teknologi yang mulus serta berkelanjutan.

Pertama, pusat keunggulan cloud. Mengembangkan tata kelola cloud dan kerangka kerja yang dapat digunakan kembali, mengelola pengetahuan dan pembelajaran cloud, mengawasi penggunaan cloud dan rencana skala, juga menyelaraskan proses / strategi organisasi dan bisnis dengan model cloud.

"Lalu, cloud publik di Indonesia. XL Axiata harus mematuhi persyaratan lokalisasi data pemerintah Indonesia untuk data Pill, lebih banyak situs cloud publik akan berada di Indonesia dengan penyedia cloud seperti wilayah peluncuran AWS secara lokal," kata Yessie.

"Aplikasi yang lebih luas di cloud, meliputi otomatisasi dan AI, big data analytics, serta layanan digital dan proses digital," pungkasnya.

Baca juga: Pandemi tak halangi Amazon Web Service buka pusat data di Indonesia

Baca juga: Sayurbox rencanakan ekspansi layanan dan lokasi di 2021

Baca juga: AWS Permudah Pemanfaatan Artificial Intelligence dan Machine Learning Berbasis Cloud

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021