Harus mengubah diri menjadi ekonomi berbasis inovasi, jadi tidak lagi happy punya konversi batu bara dan konsesi kelapa sawit...atau gampangnya kita happy kalau masih banyak startup di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro mendorong Indonesia menerapkan ekonomi berbasis inovasi agar mampu mengimbangi perkembangan zaman yang dipenuhi teknologi digital.

“Saya ingin menekankan di masa pandemi dan terutama setelah pandemi maka Indonesia harus menjadi ekonomi yang berbasis inovasi,” katanya dalam diskusi bertajuk Winning The Competition in Digital Economic Era di Jakarta, Kamis.

Bambang menyatakan Indonesia harus melakukan perubahan besar terhadap struktur dan karakter ekonomi dengan melakukan inovasi berbasis reformasi digital.

Ia menuturkan Indonesia telah memiliki modal berupa bonus demografi dan kalangan milenial yang sangat terbiasa dengan kehidupan berbasis digital sehingga ekonomi nasional tidak boleh hanya mengandalkan business as usual.

Baca juga: Peneliti: Investasi sektor inovasi & teknologi bantu dongkrak ekonomi

Menurutnya, sistem perekonomian Indonesia saat ini masih mengandalkan Sumber Daya Alam (SDA) serta bergantung pada naik turunnya harga komoditas, sedangkan perkembangan zaman menuntut untuk mampu berinovasi dengan teknologi.

Ia menegaskan seharusnya ekonomi Indonesia sudah tidak lagi berbasis SDA karena sejak 1990-an sebenarnya sektor manufaktur sudah muncul, namun kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun.

Ia menyebutkan level industrialisasi yang diharapkan dapat lebih tinggi ternyata tidak terjadi yakni terlihat dari rasio manufaktur terhadap PDB terus menurun dari mendekati 30 persen pada era 1990-an menjadi di bawah 20 persen pada saat ini.

Baca juga: BRIN: riset dan inovasi kunci pertumbuhan ekonomi

“Harus mengubah diri menjadi ekonomi berbasis inovasi, jadi tidak lagi happy punya konversi batu bara dan konsesi kelapa sawit, tetapi happy kalau sudah melahirkan inovasi atau gampangnya kita happy kalau masih banyak startup di Indonesia,” jelasnya.

Terlebih lagi kebanyakan pengembangan sektor manufaktur Indonesia bersifat merakit sehingga nilai tambahnya kurang besar dan sangat bergantung pada teknologi yang diimpor.

“Ini yang harus kita koreksi dengan ekonomi berbasis inovasi artinya product development harus berasal dari kita sendiri,” ujarnya.

Baca juga: BPPT genjot pendayagunaan inovasi teknologi untuk pemulihan ekonomi

Ralat: Berita ini sudah diubah melalui proses editing ulang, karena terjadi kesalahan menyebutkan nara sumber berita dari Menristek, yang seharusnya Mantan Menristek.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021