Pandemi COVID-19 telah menimbulkan kemunduran besar bagi vaksinasi anak, membawa kita kembali ke lebih dari satu dekade lalu
Jenewa (ANTARA) - Hampir 23 juta anak di seluruh dunia melewatkan vaksinasi rutin mereka tahun lalu akibat pandemi COVID-19, angka tertinggi dalam satu dekade lebih, dan memicu munculnya wabah campak, polio, dan penyakit lain yang dapat dicegah, kata badan-badan Perserikatan Bangsa Bangsa, Kamis (15/7).

Campak, salah satu penyakit paling menular di dunia, bisa berakibat fatal bagi anak balita, khususnya di negara-negara Afrika dan Asia yang sistem kesehatannya tergolong lemah, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Polio dapat melumpuhkan seorang anak seumur hidupnya.

Kesenjangan dalam cakupan vaksinasi telah menimbulkan "badai yang sempurna", menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular saat banyak negara melonggarkan pembatasan COVID-19, kata WHO dan Unicef dalam sebuah laporan tahunan.

Baca juga: UNICEF: Makanan tidak sehat telah dikenalkan pada anak usia 6-23 bulan

Di sepuluh negara, terutama di India dan Nigeria, 22,7 juta anak belum diimunisasi dengan vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) pada 2020, 3,7 juta lebih tinggi dari 2019 dan tertinggi sejak 2009, kata laporan itu tentang indikator kunci tingkat vaksinasi anak.

Wabah campak yang "masif dan mengganggu" telah dilaporkan muncul di sejumlah negara, termasuk Afghanistan, Mali, Somalia, dan Yaman, laporan itu menambahkan.

Sekitar 22,3 juta anak melewati suntikan pertama vaksin campak tahun lalu, cakupan terendah terhadap penyakit pembunuh itu sejak 2010, meski angka tersebut mungkin tumpang tindih dengan mereka yang belum diimunisasi DPT secara lengkap.

"Pandemi COVID-19 telah menimbulkan kemunduran besar bagi vaksinasi anak, membawa kita kembali ke lebih dari satu dekade lalu," kata Kate O'Brien, direktur imunisasi WHO, kepada pers.

Baca juga: UNICEF dukung vaksinasi Indonesia agar kegiatan anak kembali normal

Ada "peningkatan mengkhawatirkan" pada anak-anak "nol dosis", mereka yang melewati semua vaksinasi, dari 13,6 juta pada 2019 menjadi 17,1 juta tahun lalu, kata Ephrem Lemango, kepala imunisasi UNICEF. Banyak dari mereka yang tinggal di negara konflik atau perkampungan kumuh, katanya.

Sebanyak 66 negara menunda sedikitnya satu program imunisasi terhadap penyakit yang bisa dicegah, meski beberapa di antaranya, termasuk Meksiko, telah memulai percepatan vaksinasi, sebut laporan itu.

"Pada 2021 kita mungkin menghadapi 'badai sempurna' dan kita tidak ingin badai itu membunyikan lonceng peringatan. Kita bunyikan lonceng itu sekarang," kata O'Brien.

WHO telah mendesak negara-negara untuk tidak mencabut aturan kesehatan masyarakat dan pembatasan sosial secara prematur ketika mereka mulai bangkit dari pandemi, kata dia.

"Tapi jika itu terjadi, dan sedang terjadi, kita akan melihat lebih banyak lagi penularan penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin."

Sumber: Reuters

Baca juga: UNICEF: Masa pandemi ganggu pemantauan tumbuh kembang baduta
Baca juga: Xendit dukung UNICEF galang dana pendidikan untuk anak-anak di Papua

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021