Yogyakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan sebagian wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta diperkirakan mengalami peningkatan curah hujan selama tiga hari ke depan akibat gangguan cuaca berupa anomali suhu permukaan laut.

"Untuk sekarang ini, peningkatan curah hujan, salah satunya dipengaruhi oleh suhu permukaan laut yang cukup hangat di perairan Selatan Jawa sehingga masih memicu terbentuknya awan-awan hujan," kata Kepala Stasiun Klimatologi Sleman BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas dihubungi di Yogyakarta, Selasa.

Sebagian wilayah di DIY yang berpotensi meningkat curah hujannya selama tiga hari ke depan yakni Kecamatan Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo, Nanggulan, Kokap, Temon, Panjatan, Wates, Galur (Kulonprogo).

Kecamatan Turi, Cangkringan, Pakem, Tempel, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Seyegan, Minggir, Mlati, Depok, Kalasan (Sleman).

Baca juga: BMKG: Tekanan rendah di NTT picu cuaca ekstrem di DIY

Baca juga: Kondisi cuaca gerimis saat pesawat latih TNI AU jatuh di Yogyakarta


Berikutnya Kecamatan Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Girisubo (Gunung Kidul), serta Kecamatan Pundong, Bambanglipuro, Pandak, Sanden, Srandakan, Kretek (Bantul).

Menurut Reni, berdasarkan analisis curah hujan pada Mei 2021, hampir sebagian besar wilayah DIY telah memasuki musim kemarau yang diperkirakan berlangsung hingga September 2021.

Namun demikian, pada Juni dasarian (sepuluh hari) ketiga curah hujan di DIY justru mengalami peningkatan signifikan. Demikian pula pada Juli juga terjadi peningkatan curah hujan meski tidak sebesar Juni.

"Agustus dan September 2021 juga diperkirakan ada peningkatan curah hujan yang sifatnya di atas normalnya, namun diprakirakan masih masuk kriteria musim kemarau karena curah hujan yang terjadi diprakirakan umumnya masih di bawah 150 mm selama tiga dasarian berturut-turut," kata dia.

Reni mengatakan kondisi anomali suhu muka laut di sekitar perairan selatan DlY masih hangat yakni +1,5 derajat Celcius sampai dengan +2,5 derajat Celcius dibandingkan dengan normalnya dengan suhu berkisar 28 sampai 29 derajat Celcius yang berpotensi memicu terbentuknya awan-awan hujan.

Selain itu, Indeks ENSO (El-Nino Southern Oscilation) saat ini masih netral yang diperkirakan berlangsung hingga September 2021. Demikian pula Indeks IOD (Indian Ocean Dipole) juga masih dalam kisaran negatif yang berdampak pada penambahan suplai uap air.

"Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer terkini dan prakiraan curah hujan tiga bulan ke depan, kondisi iklim di wilayah DIY pada 2021 umumnya lebih basah dibandingkan dari normalnya," kata dia.

Ia menuturkan mengacu analisa dinamika atmosfer-laut, dan prakiraan curah hujan bulanan, di wilayah DIY pada Agustus 2021 curah hujan berkisar 0-50 mm per bulan (kategori rendah ) dengan sifat hujan pada umumnya diprakirakan di atas normal.

Bulan September 2021 prakiraan curah hujan berkisar 10-150 mm per bulan ( kriteria rendah - menengah) dengan sifat hujan pada umumnya diprakirakan atas normal.

Bulan Oktober 2021 prakiraan curah hujan berkisar 101-300 mm per bulan (kriteria menengah) dengan sifat hujan pada umumnya diprakirakan normal-atas normal.*

Baca juga: Yogyakarta hadapi potensi hujan lebat selama libur panjang

Baca juga: Diterjang banjir akibat hujan, jembatan di Sanden Bantul putus

 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021