Bandung (ANTARA) - PT KCIC melakukan percepatan konstruksi dan persiapan Operation Maintenance Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung, termasuk di antaranya menyiapkan sistem persinyalan yang menjadi salah satu kunci safety operation.

Manager Technical Design PT KCIC, Indra Yulianto dalam keterangan persnya, Jumat, mengatakan untuk persinyalan Kereta Api Cepat akan menggunakan Teknologi GSM-R sebagai teknologi transmisi data (train control data) mengadopsi teknologi yang dipakai di China Railway.

China Railway, kata dia, saat ini menggunakan sistem persinyalan CTCS-2 dan CTCS-3/GSM-R untuk mendukung pengoperasian jalur Kereta Api Cepat sepanjang 37.900 kilometer.

CTCS-2 digunakan untuk mendukung pengoperasian Kereta Api Cepat dengan kecepatan maksimum 300 km/jam dan CTCS-3/GSM-R dengan kecepatan
maksimum 350 km/jam.

Teknologi ini dipilih karena GSM-R sudah proven (terbukti) dari sisi keselamatan dan dioperasikan banyak operator Kereta Api Cepat di dunia seperti di Eropa, China, Arab Saudi, dan Maroko.

Teknologi ini juga termasuk teknologi yang stabil dan sudah terstandardisasi oleh UIC atau International Union of Railways (Uni Kereta Api Internasional).

Artinya bahwa teknologi CTCS-3/GSM-R masih akan diandalkan oleh sebagian besar operator Kereta Api Cepat di dunia dalam masa sekarang dan yang akan datang.

"Teknologi GSM-R ini adalah yang paling mapan dan sudah terbukti dari berbagai sisi untuk digunakan pada Kereta Api Cepat. Terutama dari sisi keamanan. Teknologi ini stabil, dari sisi proteksi terhadap interferensi frekuensi," ujar Indra.

Adapun teknologi lainnya yang berbasiskan LTE, sampai saat ini masih dalam tahap pengembangan.

"China Railway baru melakukan tahapan pengembangan teknologi LTE untuk mendukung pengoperasian Kereta Api Cepat, untuk sampai dengan tahapan implementasi masih membutuhkan waktu yang cukup lama serta biaya yang sangat besar untuk proses migrasi dari GSM-R ke LTE-R atau 5G-R," kata dia.

Indra menjelaskan, selain penggunaan frekuensi GSM-R, Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung dilengkapi dengan backup system dalam teknologi kontrol sistem
perkeretaapian.

Backup system ini disiapkan untuk mengantisipasi apabila terjadi gangguan persinyalan pada frekuensi GSM-R.

Pada saat persinyalan “turun” ke backup system, konsekuensinya adalah kecepatan jelajah maksimum kereta akan berkurang dari 350 km/jam menjadi 300 km/jam.

Dapat dikatakan, aspek keamanan pada perjalanan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung sudah diperhitungkan dengan matang, termasuk jika terdapat gangguan sinyal GSM-R di perjalanan.

"Sehingga ketika terjadi gangguan GSM-R secara tiba-tiba, hal ini tidak serta merta mengganggu operasional Kereta Api Cepat. Teknologi kontrol atau sistem persinyalan kita sudah diatur untuk mengantisipasi hal-hal semacam itu. Teknologi kontrol sistem yang kita terapkan sangat memungkinkan Kereta Api Cepat untuk bisa tetap beroperasi dengan aman," kata Indra.

Selain itu, lanjut dia, nantinya Sistem yang dibangun harus melalui proses pengujian (test and commissioning) dan sertifikasi yang ketat dari pihak yang berwenang.

Sementara itu, GM Corporate Secretary Mirza Soraya menambahkan bahwa saat ini PT KCIC sedang membahas kerjasama penggunaan frekuensi Telkomsel untuk mendukung persinyalan dan dimediasi oleh Kemenkominfo.

Di mana kedua belah pihak sepakat menjamin aspek safety pengoperasian Kereta Api Cepat dan meminimalisasi potensi gangguan terhadap pelayanan Telkomsel kepada pelanggan.

Dalam pembahasan, PT KCIC bersama dengan Telkomsel sedang merumuskan batasan-batasan yang aman sehingga penggunaan frekuensi GSM-R di pita 900 MHz untuk Kereta Api Cepat tidak mengganggu jaringan GSM publik yang digunakan masyarakat umum saat ini dan sebaliknya frekuensi seluler tidak mengganggu safety pengoperasian Kereta Api Cepat.

Baca juga: Presiden berharap akhir 2022 kereta cepat Jakarta-Bandung diuji coba
Baca juga: PT KCIC lakukan langkah mitigasi untuk cegah banjir
Baca juga: Menhub sebut Kereta cepat Jakarta-Bandung lompatan kemajuan Indonesia

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021