Kathmandu (ANTARA News) - Para pegiat pelestarian lingkungan hidup sangat antusias saat melihat tiga macan tutul salju di dataran rendah distrik Mustang di bagian barat Nepal baru-baru ini, media lokal melaporkan Rabu.

Karena kelangkaan dan kemisteriusan mereka, mamalia yang terancam punah itu sering terlihat oleh beberapa orang, termasuk peneliti dan konservasionis.

"Saya melihat beberapa domba Biru Himalaya di sekitar padang rumput di dekat Taprang di daerah Jarkot pada Kamis pagi. Saya menunggu sebentar dan melihat ke sekeliling dan tiba-tiba saya melihat macan tutul salju datang ke arah padang rumput dari sungai di sekitar situ," kata Bikram Shrestha, ahli Biologi lapangan dan anggota tim sensus. "Saya sangat gembira dan mengambil banyak gambar."

Menurut harian Kathmandu Post edisi Rabu (16/11), selama tiga pekan terakhir ini, sejumlah tim peneliti dan ahli teknis sedang melakukan perhitungan macan tutul salju. Itu adalah perhitungan yang pertama yang pernah dilakukan di negara itu.

Sementara itu, beberapa kamera digital yang dipasang di berbagai tempat di distrik yang bergunung-gunung tersebut pada 28 Oktober lalu telah merekam dua macan tutul salju yang muncul di daerah dekat kuil dan Taprang Muktinath daerah, Namuma di Jomsom.

Kamera akan dipasang di lebih banyak daerah yang lebih dalam di Mustang pada 15 Desember.

Snow Leopard Conservancy (SLC), USA for Nepal Snow Leopard Corridor Project dan Snow Leopard Scouts berkoordinasi dengan National Trust National Trust for Nature Conservation dan Annapurna Conservation Area dan mulai menghitung mamalia yang secara ilmiah dikenal sebagai Uncia itu di daerah Mustang.

Para ahli memperkirakan ada sekitar 300 hingga 500 macan tutul salju dewasa yang bertahan hidup di negara itu, khususnya di distrik Manang, Mustang, Dolpa dan Gorkha.

Karena hilangnya habitat dan meningkatnya perburuan terhadap mereka, jumlah hewan tersebut menurun dalam beberapa tahun terakhir, kata Karna Shah, anggota lain dari tim peneliti.

Macan tutul salju, yang hidup sekitar 5.000-6.000 meter di atas permukaan laut, dianggap sebagai binatang soliter, demikian Xinhua melaporkan.

(SDP-09/C003)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011