Semarang (ANTARA News) - Perum Bulog Divre Jateng telah mengajukan alokasi kedelai 40.000 ton dari 100.000 ton kedelai impor yang akan masuk Indonesia sekitar Oktober atau November 2013.

"Kami mengajukan alokasi secara bertahap. Saat ini kami mengajukan 40.000 ton untuk kebutuhan enam bulan karena kebutuhan kedelai di Jateng per bulannya 6.400 ton," kata Kepala Perum Bulog Divre Jateng Witono di Semarang, Senin.

Ia mengakui bahwa di tingkat pusat, izin impor kedelai Perum Bulog baru disetujui Kementerian Perdagangan 26 Agustus 2013 sehingga komoditas itu akan masuk ke Indonesia sekitar satu hingga dua bulan mendatang.

Perum Bulog mengajukan izin impor kedelai sebanyak 100.000 ton dan Jateng mengajukan alokasi 40.000 ton.

Witono mengakui Bulog belum bisa menyerap kedelai lokal karena harganya masih tinggi, Rp8.500 hingga Rp9.000 per kilogram, atau di atas harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp7.000 per kilogram.

"Kami sebenarnya sudah melakukan pemetaan wilayah tanam dan panen kedelai, pola perdagangan kedelai, serta berusaha melakukan penyerapan kedelai lokal," katanya.

Upaya peningkatan produk dan penyerapan, tambah Witono, Bulog bekerja sama dengan kelompok tani atau gabungan kelompok tani kedelai serta dengan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura, Badan Ketahanan Pangan, serta Kerukunan Tani Nelayan Andalan (KTNA).

Kepala Humas Perum Bulog Divre Jateng Siti Retno Farida menambahkan bahwa Bulog Jateng juga sudah melakukan verifikasi data koperasi tahu tempe Indonesia (Kopti) maupun gabungan Kopti serta melakukan survei kebutuhan kedelai.

"Sementara untuk mendorong realisasi kredit ketahanan pangan dan energi (KPP-E) dan kredit usaha rakyat (KUR) untuk para petani kedelai, Bulog juga bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia," kata Farida.

Witono menambahkan Bulog Jateng terus berupaya menjalankan manajemen stok dan penyaluran kedelai impor sesuai amanat Perpres No 32 Tahun 2013 dan Permendag No 25 tahun 2013, sehingga dapat menjaga kewajaran dan stabilitas harga di tingkat produsen dan konsumen.

"Kami berusaha menjaga kenyamanan para pengrajin kedelai dan menjaga harga produk kedelai wajar di tingkat konsumen," demikian Witono.

Pewarta: Nur Istibsaroh
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013