... Bom tadi malam yang meledak di rumah susun Wonocolo, Sepanjang, Sidoarjo, juga saling terkait. Tiga keluarga ini belajar merakit bom sendiri secara daring melalui media sosial dari jaringan JAD dan JAT...
Surabaya (ANTARA News) - Tiga keluarga terduga teroris yang dalam dua hari terakhir melancarkan serangan bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, terkait dengan jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).

Kepala Kepolisian Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian, di Surabaya, Senin petang, mengatakan, kelompok JAD dan JAT adalah pendukung utama gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang dipimpin Aman Abdurrahman.

Karnavian menjelaskan, meski Abdurrahman sudah tertangkap dan saat ini ditahan di Markas Komando Brigadir Mobil, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, namun orang itu masih aktif menjaring anggota dan menanamkan pengaruhnya secara "online" atau dalam jaringan, khususnya melalui media sosial.

Adalah terlarang bagi eseorang dalam status tahanan dan narapidana dan tengah menjalani hukuman kurungan untuk memiliki alat komunikasi dalam bentuk apapun. Untuk bisa mengakses media sosial, orang yang tengah menjalani hukuman kurungan badan itu haruslah memiliki alat komunikasi. 

"Termasuk jaringan JAD dan JAT ini juga mengajarkan cara membuat bom rakitan secara daring melalui media sosial," kata Karnavian, usai meninjau kondisi Kantor Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya pasca serangan bom bunuh diri oleh lima orang yang diketahui masih dalam ikatan satu keluarga.

Ia memastikan satu keluarga pelaku serangan bom bunuh diri di Porlestabes Surabaya saling terkait dengan satu keluarga pelaku penyerangan bom bunuh diri di tiga gereja sehari sebelumnya.

"Bom tadi malam yang meledak di rumah susun Wonocolo, Sepanjang, Sidoarjo, juga saling terkait. Tiga keluarga ini belajar merakit bom sendiri secara daring melalui media sosial dari jaringan JAD dan JAT," ucapnya.

Ke depan Karnavian mendesak DPR segera merancang Undang-undang yang mengatur tentang media sosial.

"Karena dari media sosial inilah jaringan teroris ini menanamkan ajaran dan mengubah pemahaman masyarakat yang pada akhirnya satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya, bahkan yang berusia balita, bersedia melakukan serangan bom bunuh diri," ucapnya.

Pewarta: Slamet Sudarmojo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018