PBB, New York (ANTARA News) - Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov telah mengutuk babak paling akhir kerusuhan di Jalur Gaza.

Dalam penjelasan kepada Dewan Keamanan, Mladenov mengatakan Senin adalah "hari tragedi" buat rakyat di Jalur Gaza. Ia merujuk kepada bentrokan bergelimang darah di dekat pagar perbatasan dengan Israel.

"Tak ada kata lain yang bisa menggambarkan apa yang sesungguhnya terjadi. Tak ada pembenaran buat pembunuhan. Tak ada alasan. Itu tidak menguntungkan siapa pun. Itu tentu saja tidak menguntungkan buat perdamaian," kata Mladenov melalui telekonferensi dari Yerusalem, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. "Siapa yang mungkin bisa menemukan kata-kata untuk menenangkan ibu seorang anak yang telah terbunuh? Siapa?" ia mempertanyakan.

"Saya menyeru semua agar bergabung dengan saya dalam mengutuk dengan sekeras-kerasnya tindakan yang telah mengakibatkan hilangnya banyak nyawa di Jalur Gaza," katanya.

Tak kurang dari 60 orang Palestina, termasuk anak kecil, dilaporkan tewas dan lebih dari 1.300 orang dilaporkan cedera akibat amunisi aktif dan peluru karet, katanya. Seorang tentara Israel cedera.

Banyaknya korban jiwa membuat Senin jadi hari paling berdarah di Jalur Gaza sejak konflik 2014, katanya.

Israel memiliki tanggung-jawab untuk menyesuaikan penggunaan kekuatannya, untuk tidak menggunakan kekuatan mematikan, kecuali sebagai pilihan terakhir berdasarkan ancaman cedera serius atau kematian, yang tak terelakkan.

Pada saat yang sama, HAMAS --yang telah menguasai Jalur Gaza selama lebih dari satu dasawarsa-- tak boleh menggunakan protes sebagai kedok untuk berusaha memasang bom di pagar perbatasan dan menciptakan provokasi, katanya. Anggota Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) tak boleh bersembunyi di antara demonstran dan membahayakan nyawa warga sipil, kata Mladenov.

Pada Senin, sebanyak 35.000 orang ikut dalam demonstrasi di Jalur Gaza dan ratusan orang di berbagai kota besar di Tepi Barat Sungai Jordan --Ramallah, Bethlehem, Al-Khalil (Hebron), Jericho (Ariha), Nablus dan Jerusalem Timur-- sebagai bagian dari "Pawai Akbar Kepulangan" serta dalam protes terhadap pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem, katanya.

Meskipun tak ada laporan mengenai korban jiwa di Tepi Barat --tempat bentrokan terbatas terjadi antara pengunjuk-rasa dan pasukan keamanan Israel di beberapa tempat pemeriksaan, situasi di Jalur Gaza memburuk sepanjang Senin, terutama di sekitar pagar perimeter, kata Mladenov.

Lingkaran kerusuhan di Jalur Gaza mesti diakhiri, kata Mladenov. "Jika tidak, itu akan meledak dan menyeret setiap orang di wilayah tersebut ke dalam bentrokan mematikan lain", katanya.

Sejak awal protes pada 30 Maret, lebih dari 100 orang Palestina telah kehilangan nyawa, termasuk 13 anak kecil.

Pada Senin, hampir 2.000 orang berpawai di Istanbul, Turki, sehubungan dengan tewasnya puluhan orang Palestina oleh tentara Israel selama demonstrasi massa yang diselenggarakan di Tepi Barat guna menentang pemindahan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem.

Demonstran berkumpul di Jalan Istiklal, yang menjadi lambang, di Istanbul Tengah; mereka mengibarkan spanduk dan meneriakkan berbagai slogan termasuk "Sampai Jerusalem terbebas", "Yerusalem milik Islam", dan "Hancur lah Amerika, hancur lah Israel".

Di media sosial, banyak warga Turki juga menyuarakan kemarahan mereka atas pembunuhan orang Palestina dan mendesak Dunia Islam agar bersatu bagi penyelesaian.
Demonstran Palestina bereaksi sementara lainnya berlari menghindari gas airmata oleh pasukan Israel dalam aksi protes memperingati 70 tahun Nakba, di perbatasan Israel-Gaza di selatan Jalur Gaza, Selasa (15/5/2018). (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)


Baca juga: AS dituduh "halangi" PBB keluarkan pernyataan tentang Jalur Gaza

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018