Semarang (ANTARA News) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku tidak menemukan taksi berargometer saat hendak menuju ke rumah dinas gubernur usai mendarat di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang.

"Tadi pagi dari Surabaya, terus pulang mau `nyoba` taksi berargometer, tapi tidak ada, katanya lagi jalan, Pak. `Yowes` naik taksi yang tidak pakai argo," kata Ganjar di Semarang, Selasa.

Politikus PDI Perjuangan itupun berharap jumlah armada taksi berargometer yang beroperasi di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang bisa ditambah agar masyarakat tidak lagi kerepotan serta mempunyai pilihan moda transportasi yang akan digunakan.

"Mungkin karena cuma ada enam (unit taksi berargometer yang beroperasi di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang) ya, semoga besok ditambah 20 unit, `ben rodo akeh`," ujarnya.

Kendati demikian, Ganjar menilai sudah ada peningkatan pelayanan oleh para pengemudi taksi bandara yang beroperasi kepada para penumpang.

"Lumayan ada perbaikan, taksinya juga bersih, saya ngobrol dengan sopirnya, yah ada perbaikan, tasku ketinggalan juga diingatkan. Pak tasnya ketinggalan, minimal itu," katanya.

Menurut Ganjar, dengan adanya penambahan jumlah armada taksi berargometer serta perbaikan pelayanan dari taksi bandara, hal itu dapat semakin membuat masyarakat nyaman.

Selain dua jenis taksi tersebut, Ganjar menyebutkan bahwa terdapat moda transportasi di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang yang bisa dinikmati masyarakat yaitu bus rapid transit (BRT) dengan biaya yang lebih murah.

"Kalau pakai bus malah lebih murah, yang penting masyarakat tidak ada yang `kapiran` (telantar) tidak ada yang merasa dirugikan, dan kita akan melayani dengan baik," ujarnya.

Berdasarkan informasi dari akun resmi Dinas Perhubungan Provinsi Jateng di media sosial Twitter, diketahui bahwa jumlah taksi berargometer saat ini baru tersedia enam unit taksi, direncanakan minimal dalam tiga bulan akan ada penambahan taksi berargometer.

Mengenai cara pemesanan, masyarakat bisa langsung menuju taksi berargometer dan membayar "surcharge" sebesar Rp15.000 sebelum menggunakan layanan taksi berargometer.

Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018