Mamuju, Sulbar (ANTARA News) - Sebanyak empat warga Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), yang menjadi korban gempa dan tsunami tiba di Bandara Tampapadang, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, Minggu siang.

Keempat warga Palu, yakni Erly dan anaknya Yantonius, Ari Prasetyo dan istrinya Dina Diana, tiba di Bandara Tampapadang Mamuju menggunakan pesawat khusus pengangkut logistik pada Minggu siang sekitar pukul 12.15 WITA.

"Kami sangat takut sebab setiap saat terjadi gempa," kata Erly, ditemui di Bandara Tampapadang Mamuju.

Warga pada umumnya, kata Erly, ingin meninggalkan Kota Palu karena takut akibat setiap saat terjadi gempa.

Ia menceritakan bahwa saat terjadi gempa, hampir seluruh bangunan luluh lantak akibat guncangan yang sangat kuat.

"Saat terjadi gempa, tidak ada orang yang bisa berdiri karena guncangannya sangat kuat. Saya sempat terhempas ke aspal sehingga tangan dan kaki saya terluka," kata Erly yang mengaku tinggal tidak jauh dari Pusat Perbelanjaan Ramayana Palu yang ambruk.

Erly bersama tiga warga Palu lainnya menceritakan dahsyatnya gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR) yang mengguncang daerah itu.

"Tadi, sebelum kami naik pesawat, banyak warga yang ingin meninggalkan Palu. Kondisi di sana sudah sangat memprihatinkan, tidak ada listrik dan jaringan telekomunikasi juga terputus. Jadi, kami memutuskan meninggalkan Palu dan hendak ke Makassar, karena ada keluarga saya di sana," tutur Erly.

Warga Palu lainnya, Ari Prasetyo juga menceritakan suasana mencekam saat gempa melanda Palu dan Donggala.

"Kami bertahan di jalan sambil berbaring dan tidak berani masuk rumah. Saat itu situasinya sangat mencekam," kata Ari Prasetyo.

Ari Prasetyo yang mengaku sebagai pegawai Bank Sulteng dan Dina Diana mengatakan akan ke Makassar sampai kondisi Palu pulih.

"Kami akan ke Makassar dulu sebab tidak mungkin bisa tinggal di Palu dengan kondisi masih seperti sekarang," terang Ari Prasetyo. 

Baca juga: YouTuber kembar ajak orang-orang berdonasi untuk Palu

Baca juga: Pascagempa, Pasha "Ungu" dan istri tidur di tenda pengungsi

 

Pewarta: Amirullah
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018