Jakarta (ANTARA News) - Pendiri Gerakan #BijakBersosmed Enda Nasution melihat kehadiran hoaks saat ini datang dalam konteks politik dan menyasar pemilih pemula.

"Urgensi hoaks datang dalam konteks politik karena 2018-2019 adalah tahun politik. Data penyebaran hoaks paling banyak adalah hoaks politik," ujar Enda ditemudi di sela acara Siberkreasi Netizen Fair 2018 di GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu.

Menurut Enda, hoaks politik dilakukan sebagai senjata untuk saling menyerang para pasangan calon. Tanpa peduli apakah informasi itu akurat atau tidak, para pendukung biasanya langsung menyebarluaskan dengan tujuan menyerang.

Parahnya, serangan hoaks banyak menyasar pemilih pemula.

"40 persen nanti pemilih adalah pemilih pertama dan generasi milenial. Oleh karena itu, pendidikan politik lewat sosial media menjadi penting," kata Enda.

Sayangnya, Enda menambahkan, pemilih pertama masih dianggap sebuah massa untuk sasaran kampaye.

"Belum ada pendidikan politik yang sistematis dan terintegrasi lewat sosial media, biar tahu konsekuensinya apa kalau memilih," ujar dia.

Indonesia, menurut Enda, bukan satu-satunya negara demokrasi yang melahirkan sekelompok orang penyebar hoaks dan fake news, negara lainnya adalah Amerika Serikat dan India.

"Tapi, Indonesia masyarakatnya komunal dan sangat tinggi menggunakan media sosial, sehingga menjadi kasus tersendiri," ujar Enda.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018