Jakarta (ANTARA News) -- PT Eagle High Plantations Tbk (EHP) berhasil mencatat produksi sebanyak 1,8 juta ton tandan buah segar (TBS) sepanjang 2018 atau meningkat 33% dibanding perolehan produksi pada tahun lalu. Produksi CPO dan PK masing-masing sebesar 383.000 ton dan 63.000 ton atau meningkat sebesar 24 persen dan 29 persen. 

“Kenaikan pencapaian produksi ini merupakan bukti keberhasilan Perseroan melakukan berbagai pembenahan dan peningkatan kualitas pendukung operasional,” kata Presiden Direktur EHP Nicolaas B Tirtadinata.

Sepanjang tahun 2018, terangnya, Perseroan melakukan perbaikan dan perawatan infrastruktur hingga penerapan praktek agronomi terbaik secara konsisten. Disamping itu, pada pertengahan tahun 2018 Perseroan memberikan premi yang menantang bagi pemanen untuk lebih produktif.

Perseroan juga mulai mengoperasikan secara komersial pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang baru. PKS berkapasitas 45 ton/jam yang berlokasi di Kabupaten Keerom ini akan mengolah seluruh hasil panen TBS dari kebun anak usaha, yaitu PT Tandan Sawita Papua. 

“Perseroan juga mulai memetik hasil dari inovasi teknologi sistem yang membantu mengumpulkan data secara lengkap, cepat dan akurat untuk mendukung ketepatan analisa dan pengambilan keputusan,” katanya. 

Inovasi teknologi sistem itu antara lain implementasi Jedox untuk system pengelolaan anggaran dan digital harvesting system (DHS) untuk proses pemanenan hingga memastikan TBS tiba di pabrik. 

Disamping itu, lanjutnya, Perseroan melakukan migrasi dari versi SAP sebelumnya ke S4Hana dengan menggunakan Alibaba Cloud untuk Server S4Hana. Hal ini sebagai antisipasi dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi yang sangat cepat sehingga EHP mampu memanfaatkan teknologi secara tepat guna.

Dengan menggunakan S4Hana maka akan memberikan platform teknologi yang memudahkan analisa dan reporting sekaligus monitoring operasional perusahaan. Disamping itu penggunaan teknologi baru dalam industri agribisnis dapat lebih mudah diimplementasikan dengan S4Hana, seperti penggunaan Artificial Intelligence dan teknologi baru lainnya.

Sayangnya, harga CPO pada 2018 mengalami penurunan sebesar 13% dibanding harga pada tahun 2017. Penurunan harga ini berdampak langsung pada perolehan total pendapatan Perseroan yang hanya naik 1% menjadi Rp3,083 triliun. Akibat berikutnya, Perseroan membukukan kerugian bersih sebesar Rp462,6 miliar.  

“Perseroan semestinya tidak membukukan kerugian jika harga CPO setidaknya sama dengan harga pada tahun 2017," pungkasnya

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019