Bali sekarang sudah punya enam bendungan. Semua untuk mencukupi kebutuhan air baku di Bali
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan Bali telah memiliki enam bendungan dan rencananya akan menambah satu bendungan baru lagi sebagai bagian dari target pembangunan 65 bendungan di Indonesia periode 2015-2019.

"Bali sekarang sudah punya enam bendungan. Semua untuk mencukupi kebutuhan air baku di Bali, karena pengembangan pariwisata demand-nya naik terus untuk kebutuhan air minum di Bali," kata Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis Kementerian PUPR yang diterima di Jakarta, Senin.

Dari enam bendungan tersebut, salah satunya merupakan bendungan yang baru dibangun pada periode 2015-2019, yaitu Bendungan Sidan di Kabupaten Badung.

Bendungan Sidan terletak di daerah aliran Sungai Tukad (Sungai) Ayung dibangun di atas lahan seluas 82,73 hektare di 5 desa bertetangga pada 3 kabupaten di Bali, yaitu Desa Sidang, Kecamatan Petang, Badung, Desa Buahan Kaja, Payangan, Gianyar, dan Desa Bunuti Bunutin, Desa Mengani, Desa Langgahan, Kintamani, Bangli.

Bendungan Sidan dirancang dengan tinggi bangunan bendungan mencapai sekitar 68 meter dengan volume tampung total sebesar 3,8 juta meter kubik. Air dari bendungan ini akan digunakan sebagai sumber air baku sebesar 1.750 liter per detik dan energi listrik tenaga air sebesar 0,65 MW.

Kepala Balai Wilayah Sungai Bali Penida Airlangga Mardjono memproyeksikan Bendungan Sidan mampu memasok air baku ke wilayah Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, dan Kota Denpasar.

Tak hanya memasok air baku, lanjutnya, air Bendungan Sidan juga akan mengairi sawah di sejumlah kabupaten. Manfaat lainnya, keberadaan bendungan itu dapat menjadi objek wisata baru.

Biaya pembangunan bendungan tersebut senilai Rp786,3 miliar yang digunakan untuk konstruksi, supervisi konstruksi dan pengadaan lahan. Untuk konstruksi pekerjaannya telah dimulai sejak Oktober 2018 oleh PT. Brantas Abipraya-PT. Universal Surya Prima, KSO dan ditargetkan selesai pada tahun 2021.

Sedangkan lima bendungan lainnya dibangun sebelum tahun 2015 antara lain Bendungan Titab Kabupaten Buleleng (2011-2015) dengan kapasitas tampung 12,67 juta meter kubik, dan Bendungan Benel Kabupaten Jembrana yang selesai 2010 berkapasitas 1,62 juta meter kubik.

Kemudian, Bendungan Telaga Tunjung Kabupaten Tabanan selesai 2007 dengan kapasitas 1,26 juta meter kubik, Bendungan Grokgak Kabupaten Buleleng selesai 1997 dengan kapasitas 2,5 juta meter kubik, dan Bendungan Palasari Kabupaten Jembrana selesai 1989 dengan kapasitas delapan juta meter kubik.

Selain enam bendungan itu, pada Februari 2019, Kementerian PUPR juga telah memulai pembangunan Bendungan Tamblang di wilayah Buleleng Timur. Bendungan tersebut dibangun di atas lahan seluas 58,79 hektare di empat desa bertetangga kawasan Kecamatan Kubutambahan dan Kecamatan Sawan, Buleleng.

Bendungan Tamblang diproyeksikan mampu menampung air hingga 7,4 juta meter kubik bersumber dari Tukad Daya di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan untuk penyediaan air baku dengan debit 410 liter per detik. Selain akan menjadi objek wisata baru dan bendungan ini juga mengairi persawahan di dua kecamatan wilayah Buleleng Timur.

Biaya pembangunan bendungan tersebut senilai Rp793,8 miliar yang digunakan untuk konstruksi, supervisi konstruksi dan pengadaan lahan. Untuk konstruksi pekerjaannya telah dimulai dengan kontrak tahun jamak oleh kontraktor PT Pembangunan Perumahan (Persero)-Adi Jaya, KSO dan ditargetkan selesai pada tahun 2022.

Baca juga: Pembangunan Bendungan Sidan Bali ditarget rampung 2021
Baca juga: Capaian IPEI Bali terbaik kedua nasional
Baca juga: Bali usulkan enam proyek infrastruktur serta jadi daerah otorita pariwisata

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2019