Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) akan memproduksi ribuan liter disinfektan organik dari cengkih dan kelapa dengan dukungan Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).
"Untuk tahap awal, kami akan memproduksi disinfektan sebanyak 5.500 liter dengan 50 bilik disinfektan" kata Ketua Tim Konsorsium dari Universitas Sam Ratulangi Tineke Langi melalui mitra industri Ivanry Matu di Manado, Jumat.
Dia mengatakan Kemenristek/BRIN melalui Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 membuat program pendanaan riset dan inovasi untuk para peneliti dan perekayasa yang melakukan kegiatan riset dan pengembangan untuk menangani pandemi COVID-19.
"Produk ini dibuat untuk tujuan kemanusiaan dan solusi bagi seluruh dunia ketika COVID-19 melanda, Kita berharap ini salah satu produk yang bisa menjawab masalah saat ini terutama bagaimana mencegah penyebaran COVID-19 secara masif," jelasnya.
Dia menjelaskan cairan disinfektan organik ini membawa harapan bahwa produk yang dihasilkan dari penelitian kampus akan teraplikasi secara massif di masyarakat ketika dikolaborasikan dengan Industri, tetapi perlu dukungan juga dari pemerintah agar ini berjalan optimal.
"Harapan kita produk ini karena bahan baku dari cengkih dan kelapa semoga akan meningkatkan nilai jual komoditas tersebut, lewat diversifikasi produk turunan dengan nilai ekonomi yang berdampak bagi petani dan memberikan efek domino bagi masyarakat pada umumnya," kata Ivanry.
Setelah melewati proses yang ketat, katanya, ada ribuan proposal yang masuk dan Presiden Jokowi meluncurkan sebanyak 55 produk konsorsium hasil seleksi Kemenristek/BRIN bersamaan dengan momentum Hari kebangkitan Nasional.
"Salah satu produk yang diusulkan adalah disinfektan organik dengan bahan-bahan non kimia seperti cengkih dan liquid smoke dari tempurung kelapa, ini tentu menjadi kebanggaan bagi seluruh masyarakat Sulut," jelasnya.
Program ini, katanya, melibatkan triple helix, ada akademisi, pemerintah dan pengusaha, dan pihaknya berterima kasih kepada Unsrat yang boleh melibatkan dirinya dari sisi pengusaha.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2020
"Untuk tahap awal, kami akan memproduksi disinfektan sebanyak 5.500 liter dengan 50 bilik disinfektan" kata Ketua Tim Konsorsium dari Universitas Sam Ratulangi Tineke Langi melalui mitra industri Ivanry Matu di Manado, Jumat.
Dia mengatakan Kemenristek/BRIN melalui Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 membuat program pendanaan riset dan inovasi untuk para peneliti dan perekayasa yang melakukan kegiatan riset dan pengembangan untuk menangani pandemi COVID-19.
"Produk ini dibuat untuk tujuan kemanusiaan dan solusi bagi seluruh dunia ketika COVID-19 melanda, Kita berharap ini salah satu produk yang bisa menjawab masalah saat ini terutama bagaimana mencegah penyebaran COVID-19 secara masif," jelasnya.
Dia menjelaskan cairan disinfektan organik ini membawa harapan bahwa produk yang dihasilkan dari penelitian kampus akan teraplikasi secara massif di masyarakat ketika dikolaborasikan dengan Industri, tetapi perlu dukungan juga dari pemerintah agar ini berjalan optimal.
"Harapan kita produk ini karena bahan baku dari cengkih dan kelapa semoga akan meningkatkan nilai jual komoditas tersebut, lewat diversifikasi produk turunan dengan nilai ekonomi yang berdampak bagi petani dan memberikan efek domino bagi masyarakat pada umumnya," kata Ivanry.
Setelah melewati proses yang ketat, katanya, ada ribuan proposal yang masuk dan Presiden Jokowi meluncurkan sebanyak 55 produk konsorsium hasil seleksi Kemenristek/BRIN bersamaan dengan momentum Hari kebangkitan Nasional.
"Salah satu produk yang diusulkan adalah disinfektan organik dengan bahan-bahan non kimia seperti cengkih dan liquid smoke dari tempurung kelapa, ini tentu menjadi kebanggaan bagi seluruh masyarakat Sulut," jelasnya.
Program ini, katanya, melibatkan triple helix, ada akademisi, pemerintah dan pengusaha, dan pihaknya berterima kasih kepada Unsrat yang boleh melibatkan dirinya dari sisi pengusaha.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2020