Kupang (ANTARA GORONTALO) - Gerhana matahari total yang melanda bumi pada hari ini, tidak signifikan memicu peningkatan aktivitas vulkanik maupun pergerakan lempeng bumi karena letaknya jauh dari Indonesia yaitu di wilayah Eropa bagian utara, Eropa dan sebagian Afrika Utara.

"Dalam gerhana matahari kali ini, wilayah Indonesia tidak akan melihat fenomena alam itu dan tak akan terlalu terdampak, kecuali fenomena gerhana itu dikaitkan dengan peningkatan aktivitas vulkanik maupun pergerakan lempeng bumi, sehingga menimbulkan gempa bumi dan gunung api meletus," kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG, Kupang, Sudaryono, kepada Antara, di Kupang, Jumat.

Apakah peningkatan status dari normal ke waspada terhadap gunung api Lewotobi perempuan di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur karena dipicu oleh gerhana matahari itu, Sudaryono mengatakan ada dampaknya namun sangat kecil, karena wilayah Flores umumnya merupakan daerah gunung api yang sesewaktu dapat meletus.

"Jadi tidak perlu khawatir dengan dampak dari gerhana matahari itu, karena dampaknya melalui gempa bumi dan peningkatan aktivitas kegempaan gunung api kecil, meskipun untuk kasus di gunung api Lewotobi perempuan, perlu diwaspadai," katanya.

Ia mengatakan gerhana matahari sebagian ini juga cukup langka. Peristiwa sejenis terjadi pada 1999.

Gerhana langka ini juga istimewa sebab diselimuti supermoon yang berwarna merah atau dikenal bulan merah darah (blood moon).

"Ada yang meyakini ramalan bulan darah menjadi penanda dunia akan segera berakhir. Merujuk pada kalender astronomi, antara rentang Oktober tahun lalu hingga Oktober tahun ini, akan ada gerhana matahari yang diikuti empat penampakan bulan merah darah. Penampakan bulan darah pertama terjadi pada 15 April dan disusul 8 Oktober tahun lalu," katanya.

Kemudian setelah gerhana matahari 20 Maret hari ini, tepatnya 4 April akan ada penampakan bulan darah ketiga. Diperkirakan bulan darah terakhir akan terjadi pada 28 september 2015, setelah sebelumnya terjadi gerhana matahari pada 13 September 2015.

Terkait hal itu, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djalamuddin seperti dilansir VIVA.co.id, menjelaskan gerhana sebenarnya tidak berdampak pada peningkatan aktivitas vulkanik maupun pergerakan lempeng bumi.

Ia mengatakan yang berkaitkan dengan kedua fenomena itu adalah efek gabungan bulan dan matahari. Terjadinya gerhana, menurutnya, tidak menyebabkan perubahan vulkanik maupun pergeseran lempemng. Efek gabungan itulah yang turut memicu kedua fenomena alam itu.

Namun Thomas menegaskan, efek itu pun bukan pemicu utama. "Jadi itu memicu pelepasan energi pada letusan gunung api. Diduga pelepasan energi saat gempa dan gunung itu ada indikasi potensinya meningkat," katanya.

Dikatakan pelepasan energi ini membantu energi yang sudah tertumpuk pada letusan gunung maupun pergeseran lempeng. "Hanya memicu pelepasan efek pasang surut bulan yang diperkuat dengan matahari," katanya.

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015