Cannes, (ANTARA GORONTALO) - Film Yakuza Apocalypse, garapan sutradara Jepang Takashi Mike yang dibintangi pesilat Indonesia Yayan Ruhian bersama Hayato Ichihara mendapat sambutan luar biasa dari para pecinta dan pemerhati serta wartawan film di Festival Film Cannes yang berlangsung di kota, Cannes, Riviera Prancis sejak 13 Mei.
"Luar biasa sambutan penonton, saya merasa terharu," ujar Yayan Ruhian kepada Antara London yang ikut menyaksikan primier film Yakuza Apocalypse: The Great War of the Underworld, bersama lebih dari 500 penonton dalam acara The Cannes Directors Fortnight di gedung Theather Green Room, Kamis malam.
Sebelum film di mulai, pembawa acara memperkenalkan Yayan Ruhian yang menjadi bintang malam itu pun mempertunjukkan aksi silatnya dengan berbagai jurus di panggung yang mendapat sambutan dari penonton yang memberikan pujian yang luar biasa kepada bintang film The Raid.
Pemutaran perdana film "Yakuza Apocalypse" yang dibintangi Hayato Ichihara, Yayan Ruhian, Sho Aoyagi, Riko Narumi ini menceritakan kisah tentang Akira (Hayato Ichihara) yang mengidolakan seorang Genyo Kamiura, Genyo adalah kelompok Yakuza yang paling kuat.
Genyo Kamiura telah sering kali menjadi target operasi pembunuhan akan tetapi ia tidak pernah terbunuh oleh para musuhnya. Oleh karena itu pun ia mendapatkan julukan sebagai ¿manusia yang tak terkalahkan¿ oleh musuhnya.
Karena Genyo Kamiura lah, Akira memasuki dunia para gangster yakuza. Teman yakuzanya memperlakukannya seperti seorang yang idiot, Akira bahkan tidak mendapatkan tato karena ia memiliki kulit yang sensitif.
Perlahan demi perlahan Akira kecewa dengan dunia yakuza, karena menurut dia dunia yakuza yang ia alami berbeda dengan apa yang ia lihat di film-film. Menurut dia, paling terasa perbedaannya terdapat pada kesetiaan dan kebaikan hati yang tergambar dari para Yakuza di film-film.
Gerah dengan kepemimpinan Genyo Kamiura sebagai Yakuza pun seorang pembunuh dikirim untuk membunuhnya, pembunuh itu ternyata seorang vampire.
Film action karya sutradara Takashi Miike yang tidak sempat hadir di Cannes pun memberikan sambutan dengan gaya Geiza dan payungnya. Takashi Miike menyampaikan sambutannya dengan diselipi humor membuat penonton pun tertawa dengan ulah sang sutradara.
"Saya senang dan bangga bisa bekerja dengan Takashi Miike karena ia bukan sutradara Jepang biasa", ujar Yayan yang mengakui bekerja dengan insan film asing membutuhkan disiplin yang tinggi.
Takashi Miike adalah sutradara yang identik dengan film kekerasan tapi berhasil memberi cerita yang kuat seperti dalam film Crows Zero, Audition atau Ichi The Killer, seperti hal nya Film Yakuza Apocalypse: The Great War of the Underworld".
Yayan Ruhian mengakui selama pembuatan film Yakuza yang digarap dalam waktu tiga bulan meskipun persiapan butuh waktu satu tahun itu merupakan pengalaman yang baru dan berharap akan banyak lagi pemain film Indonesia yang bisa berkiprah secara internasional.
Hal Ini membuktikan bintang film indonesia bisa sejajar dengan bintang film dunia lainnya dan menjadi orang pilihan. Untuk itu film harus mendapat perhatian dari pemerintah.
Diakuinya persiapan yang dilakukan untuk berangkat ke Cannes pun hanya dalam hitungan satu jari tangan , bahkan usai pemutaran review film, Yayan pun harus kembali ke tanah air.
"Saya berangkat Kamis , visa baru saya dapatkan tgl 19 dan pesawat saya sampai di Nice jam tiga siang, dan malam nya langsung primier sebelumnya Yayan pun diwawancarai banyak wartawan dari berbagai negara.
Menurut Yayan, ini kali kedua ia ke Prancis tapi ke festival film Cannes adalah yang pertama, dan berjalan di Red Carpet seperti bintang film la
"Bagi saya yang utama adalah berkarya dan bintang film indonesia bisa berkiprah di dunia internasional dan pencak silat sebagai media juga bisa berkembang di dunia internasional," ujarnya.
Suatu tantangan buat saya bisa bermain bagus dan bekerja sama dengan insan film dunia merupakan suatu anugerah tersendiri, seperti dalam film Yakuza meskipun ini merupakan film action dan penuh kekerasan, juga humornya dan film hiburan yang sangat memikat.
Yayan yang juga diisukan akan membintangi film Star War ini mengakui bahwa suatu keberuntungan ia bisa berangkat ke Cannes.
"Wah kalo diisukan aja suatu kehormatan," ujar Yayan menambahkan bahwa siapa yang tidak ingin terlibat dalam film yang digemari banyak orang.
Sementara itu Emico Kawai, dari Nikkatsu internasional distributor untuk film Yakuza Apocalypse: The Great War of the Underworld, mengharapkan bahwa film yang sudah diputar di 10 negara ini, diharapkan dalam waktu dekat juga bisa diputar di Indonesia.
Tanggapannya selama ini cukup besar dari berbagai negara dan juga di festival film Cannes yang menurut Yayan film action yang dibintanginya Yakuza ini juga mempunyai pesan moral tersendiri, selain menghibur para penontonnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015
"Luar biasa sambutan penonton, saya merasa terharu," ujar Yayan Ruhian kepada Antara London yang ikut menyaksikan primier film Yakuza Apocalypse: The Great War of the Underworld, bersama lebih dari 500 penonton dalam acara The Cannes Directors Fortnight di gedung Theather Green Room, Kamis malam.
Sebelum film di mulai, pembawa acara memperkenalkan Yayan Ruhian yang menjadi bintang malam itu pun mempertunjukkan aksi silatnya dengan berbagai jurus di panggung yang mendapat sambutan dari penonton yang memberikan pujian yang luar biasa kepada bintang film The Raid.
Pemutaran perdana film "Yakuza Apocalypse" yang dibintangi Hayato Ichihara, Yayan Ruhian, Sho Aoyagi, Riko Narumi ini menceritakan kisah tentang Akira (Hayato Ichihara) yang mengidolakan seorang Genyo Kamiura, Genyo adalah kelompok Yakuza yang paling kuat.
Genyo Kamiura telah sering kali menjadi target operasi pembunuhan akan tetapi ia tidak pernah terbunuh oleh para musuhnya. Oleh karena itu pun ia mendapatkan julukan sebagai ¿manusia yang tak terkalahkan¿ oleh musuhnya.
Karena Genyo Kamiura lah, Akira memasuki dunia para gangster yakuza. Teman yakuzanya memperlakukannya seperti seorang yang idiot, Akira bahkan tidak mendapatkan tato karena ia memiliki kulit yang sensitif.
Perlahan demi perlahan Akira kecewa dengan dunia yakuza, karena menurut dia dunia yakuza yang ia alami berbeda dengan apa yang ia lihat di film-film. Menurut dia, paling terasa perbedaannya terdapat pada kesetiaan dan kebaikan hati yang tergambar dari para Yakuza di film-film.
Gerah dengan kepemimpinan Genyo Kamiura sebagai Yakuza pun seorang pembunuh dikirim untuk membunuhnya, pembunuh itu ternyata seorang vampire.
Film action karya sutradara Takashi Miike yang tidak sempat hadir di Cannes pun memberikan sambutan dengan gaya Geiza dan payungnya. Takashi Miike menyampaikan sambutannya dengan diselipi humor membuat penonton pun tertawa dengan ulah sang sutradara.
"Saya senang dan bangga bisa bekerja dengan Takashi Miike karena ia bukan sutradara Jepang biasa", ujar Yayan yang mengakui bekerja dengan insan film asing membutuhkan disiplin yang tinggi.
Takashi Miike adalah sutradara yang identik dengan film kekerasan tapi berhasil memberi cerita yang kuat seperti dalam film Crows Zero, Audition atau Ichi The Killer, seperti hal nya Film Yakuza Apocalypse: The Great War of the Underworld".
Yayan Ruhian mengakui selama pembuatan film Yakuza yang digarap dalam waktu tiga bulan meskipun persiapan butuh waktu satu tahun itu merupakan pengalaman yang baru dan berharap akan banyak lagi pemain film Indonesia yang bisa berkiprah secara internasional.
Hal Ini membuktikan bintang film indonesia bisa sejajar dengan bintang film dunia lainnya dan menjadi orang pilihan. Untuk itu film harus mendapat perhatian dari pemerintah.
Diakuinya persiapan yang dilakukan untuk berangkat ke Cannes pun hanya dalam hitungan satu jari tangan , bahkan usai pemutaran review film, Yayan pun harus kembali ke tanah air.
"Saya berangkat Kamis , visa baru saya dapatkan tgl 19 dan pesawat saya sampai di Nice jam tiga siang, dan malam nya langsung primier sebelumnya Yayan pun diwawancarai banyak wartawan dari berbagai negara.
Menurut Yayan, ini kali kedua ia ke Prancis tapi ke festival film Cannes adalah yang pertama, dan berjalan di Red Carpet seperti bintang film la
"Bagi saya yang utama adalah berkarya dan bintang film indonesia bisa berkiprah di dunia internasional dan pencak silat sebagai media juga bisa berkembang di dunia internasional," ujarnya.
Suatu tantangan buat saya bisa bermain bagus dan bekerja sama dengan insan film dunia merupakan suatu anugerah tersendiri, seperti dalam film Yakuza meskipun ini merupakan film action dan penuh kekerasan, juga humornya dan film hiburan yang sangat memikat.
Yayan yang juga diisukan akan membintangi film Star War ini mengakui bahwa suatu keberuntungan ia bisa berangkat ke Cannes.
"Wah kalo diisukan aja suatu kehormatan," ujar Yayan menambahkan bahwa siapa yang tidak ingin terlibat dalam film yang digemari banyak orang.
Sementara itu Emico Kawai, dari Nikkatsu internasional distributor untuk film Yakuza Apocalypse: The Great War of the Underworld, mengharapkan bahwa film yang sudah diputar di 10 negara ini, diharapkan dalam waktu dekat juga bisa diputar di Indonesia.
Tanggapannya selama ini cukup besar dari berbagai negara dan juga di festival film Cannes yang menurut Yayan film action yang dibintanginya Yakuza ini juga mempunyai pesan moral tersendiri, selain menghibur para penontonnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015