Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Kota Manado, Sulawesi Utara meluncurkan Klub Okupasi sebagai media navigasi kesehatan pekerja di tengah pandemi COVID-19.

"Dimasa pandemi COVID-19, Komite Penanggulangan COVID-19 Indonesia mengidentifikasi tempat kerja sebagai salah satu klaster transmisi COVID-19 dengan tingkat risiko yang beragam dan cenderung tinggi," kata Founder dan Chairman Health Collaborative Center dan Inisiator Klub Okupasi, Dr dr Ray Wagiu Basrowi, di Manado, Minggu.

Dia mengatakan banyak penelitian epidemiologis membuktikan peran tenaga medis di tempat kerja dengan kapasitas K3 bidang kedokteran kerja atau occupational medicine semakin penting untuk mitigasi pandemi.

Terkait dengan hal ini, Health Collaborative Center (HCC) sebagai suatu platform edukasi dan advokasi bidang kedokteran komunitas dan kedokteran kerja, meluncurkan Klub Okupasi sebagai media navigasi kesehatan pekerja di tengah pandemi. Klub Okupasi diinisiasi oleh konsultan dan praktisi bidang kedokteran kerja dari FKUI yang merupakan dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Dia menjelaskan Klub Okupasi untuk memfasilitasi dokter dan penanggung jawab kesehatan pekerja di perkantoran, pabrik, dan industri lainnya dalam memastikan penerapan protokol kesehatan di tengah pandemi.

“Sebagai salah satu klaster yang lokus transmisi COVID-19, dokter perusahaan dan penanggungjawab K3 wajib dibantu dan difasilitasi dalam mengimplementasikan panduan pencegahan dan mitigasi COVID-19 yang berbasis bukti ilmiah serta terukur dan efektif. Tujuan akhirnya agar proses bisnis tetap berjalan namun pekerja tetap sehat dan produktif," katanya.

Menurut Dr Ray yang merupakan Sekretaris Umum Iluni Kedokteran Kerja FKUI, dokter perusahaan dan departemen sumber daya manusia wajib bertukar 'best practice' penerapan protokol serta saling "update" mitigasi kasus-kasus COVID-19 pada pekerja secara lintas industri, sehingga dapat memperkecil radius transmisi kasus dari lingkungan kerja ke komunitas yang lebih luas, terutama keluarga.

"Itu sebabnya kami dari Health Collaborative Center terpanggil untuk membentuk wadah Klub Okupasi yang nonprofit ini agar dokter perusahaan dan penanggung jawab kesehatan di tempat kerja memiliki platform untuk berinteraksi dengan sesama kolega dan akademisi, serta tentu saja pemerintah yang menjadi mitra utama wadah ini,” ungkap Dr. Ray yang juga lulusan Fakultas Kedokteran (Unsrat Manado dan pernah menjadi reporter TVRI Manado.

Inisiator Klub Okupasi HCC lainnya yang juga Konsultan Kedokteran Okupasi dr Yitro AC Wilar menjelaskan, selain untuk perlindungan kesehatan dan keselamatan pekerja selama masa pandemi, pekerja yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 juga perlu mendapatkan intervensi dan penanganan berkesinambungan, mengingat efek COVID-19 bisa jangka panjang dan berpotensi memengaruhi kesehatan dan produktivitas pekerja di masa mendatang.

Dokter Yitro yang juga Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Okupasi (Perdoki) dan lulusan Faked Unsrat Manado ini menegaskan perusahaan banyak kehilangan jam kerja karena karyawan terkonfirmasi COVID-19 dan harus menjalani isolasi, begitu pula dengan kontak erat yang dihasilkan dari setiap kasus positif karena harus menjalani karantina.

"Sehingga dokter perusahaan dan manajemen harus di berikan pengertian bahwa kasus COVID-19 yang telah memenuhi kriteria selesai isolasi harus segera dinilai kelaikan untuk kembali bekerja," ujarnya.

Pihaknya berharap, hadirnya Klub Okupasi HCC dapat memfasilitasi dokter perusahaan, penanggung jawab sumber daya manusia dan manajemen tempat kerja, baik perkantoran, pabrik serta instansi swasta dan pemerintahan untuk melakukan "practical review" dan "case discussion", baik secara daring maupun pendampingan langsung, terkait dengan kesehatan pekerja selama masa pandemi, lebih khusus membantu pemerintah menanggulangi pandemi COVID-19.

Hadir dalam acara tersebut, Ketua Bidang Koordinasi Relawan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19) Andre Rahadian yang secara optimistis menyampaikan bahwa Maret 2021, pemerintah akan selesai vaksinasi untuk nakes, kemudian dilanjutkan dengan pejabat publik dan masyarakat rentan.

"Target optimisnya awal tahun 2022 diharapkan sudah akan mencapai 70 persen rakyat Indonesia selesai divaksin. Namun jika ada masalah teknis dalam proses vaksinasi, mungkin akan selesai akhir tahun 2022," ujarnya.

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021