Bupati Bone Bolango, Hamim Pou mendorong petani di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo untuk membudidayakan jeruk nipis seiring tingginya permintaan dari konsumen.
"Pasokan jeruk nipis di pasaran wilayah Kabupaten Bone Bolango kurang, sehingga harus didatangkan dari luar daerah," ujar Hamim Pou di Gorontalo, Senin.
Ia menjelaskan jika untuk memenuhi kebutuhan, pedagang mendatangkan jeruk nipis dari Provinsi Sulawesi Tengah. Dimana menurutnya hal tersebut menjadi renungan buat kita, khususnya para petani lokal di Gorontalo.
"Hari ini saya memantau ketersediaan produk maupun bahan pokok yang dijual oleh para pedagang di Pasar Kelurahan Tumbihe, Kabila, terutama rempah-rempah. Ternyata ada hal-hal yang sebenarnya kita punya peluang untuk menyiapkannya, tapi tidak cukup tersedia di Gorontalo, seperti jeruk," ucapnya.
Hamim mengatakan awalnya mengira jeruk nipis yang dijual di pasar berasal dari Gorontalo atau dari Bone Bolango, tapi setelah ditanyakan ke pedagangnya, ternyata jeruknya didatangkan dari Sulawesi Tengah. Padahal alamnya di Gorontalo cocok untuk tanaman jeruk. Justru ketersediaan jeruk malah kurang sekali.
"Ini jeruk tidak cukup pasokan lokal, sehingga harus didatangkan dari Sulawesi Tengah. Tentu ini menjadi kesempatan bagi petani lokal untuk mulai melakukan budidaya tanaman jeruk di daerah ini," katanya.
Hamim mengakui, memang di beberapa desa dan kecamatan di Gorontalo, khususnya di Bone Bolango, ia melihat ada yang sudah mulai membudidayakan jeruk tersebut. Seperti halnya di Desa Boidu dan Desa Lomaya, Kecamatan Bulango Utara.
Di wilayah itu, relatif ada yang memiliki areal untuk jeruk, tapi ini masih sangat kurang. Apalagi kebiasaan orang Gorontalo suka makan yang asam-asam yang diperoleh dari jeruk.
"Saya kira Gorontalo sudah banyak sekali bawang, tapi ternyata masih harus didatangkan dari Minahasa Tenggara untuk dipasok ke Gorontalo. Kita juga perlu mengembangkan lebih banyak lagi menanam bawang di Gorontalo," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021
"Pasokan jeruk nipis di pasaran wilayah Kabupaten Bone Bolango kurang, sehingga harus didatangkan dari luar daerah," ujar Hamim Pou di Gorontalo, Senin.
Ia menjelaskan jika untuk memenuhi kebutuhan, pedagang mendatangkan jeruk nipis dari Provinsi Sulawesi Tengah. Dimana menurutnya hal tersebut menjadi renungan buat kita, khususnya para petani lokal di Gorontalo.
"Hari ini saya memantau ketersediaan produk maupun bahan pokok yang dijual oleh para pedagang di Pasar Kelurahan Tumbihe, Kabila, terutama rempah-rempah. Ternyata ada hal-hal yang sebenarnya kita punya peluang untuk menyiapkannya, tapi tidak cukup tersedia di Gorontalo, seperti jeruk," ucapnya.
Hamim mengatakan awalnya mengira jeruk nipis yang dijual di pasar berasal dari Gorontalo atau dari Bone Bolango, tapi setelah ditanyakan ke pedagangnya, ternyata jeruknya didatangkan dari Sulawesi Tengah. Padahal alamnya di Gorontalo cocok untuk tanaman jeruk. Justru ketersediaan jeruk malah kurang sekali.
"Ini jeruk tidak cukup pasokan lokal, sehingga harus didatangkan dari Sulawesi Tengah. Tentu ini menjadi kesempatan bagi petani lokal untuk mulai melakukan budidaya tanaman jeruk di daerah ini," katanya.
Hamim mengakui, memang di beberapa desa dan kecamatan di Gorontalo, khususnya di Bone Bolango, ia melihat ada yang sudah mulai membudidayakan jeruk tersebut. Seperti halnya di Desa Boidu dan Desa Lomaya, Kecamatan Bulango Utara.
Di wilayah itu, relatif ada yang memiliki areal untuk jeruk, tapi ini masih sangat kurang. Apalagi kebiasaan orang Gorontalo suka makan yang asam-asam yang diperoleh dari jeruk.
"Saya kira Gorontalo sudah banyak sekali bawang, tapi ternyata masih harus didatangkan dari Minahasa Tenggara untuk dipasok ke Gorontalo. Kita juga perlu mengembangkan lebih banyak lagi menanam bawang di Gorontalo," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021