Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi berkisar 4,8 sampai 5,5 persen year on year pada 2022 meskipun terdapat penyebaran COVID-19 varian Omicron.

"Kita melihat memang ada faktor upside tapi kita juga melihat ada faktor risiko downside, ini menjadi perhatian kita dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi 2022," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Meskipun penyebaran COVID-19 varian Omicron sempat membuat jumlah kasus aktif harian mencapai 60 ribu sebagaimana saat varian Delta menyebar, jumlah kematian akibat COVID-19 terpantau masih jauh lebih rendah dibandingkan saat penyebaran varian Delta.

Penurunan aktivitas masyarakat pun diperkirakan tidak akan mengurangi kepercayaan masyarakat untuk melakukan konsumsi.

"Jadi kalau kita lihat konsumen confidence, retail sales, maupun mandiri spending index semua masih di dalam posisi robust, bertahan di level ekspansif atau tinggi. Kalau ada koreksi masih sangat minimal," katanya.

Begitu pula Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia yang sebesar 53,7 di Januari 2022 dan impor bahan baku serta barang modal yang masing-masing tumbuh 39,6 persen dan 41,9 persen menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur akan terus berlanjut.

"Pertumbuhan konsumsi listrik di level industri serta bisnis menggambarkan industri ini tidak menurun, masih robust seperti yang kita harapkan," kata Menkeu.

Menkeu menambahkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2021 lalu yang telah kembali ke atas 5 persen sebagaimana sebelum pandemi COVID-19 akan terus dijaga.

"Tantangan ke depan entah dari pandemi maupun disrupsi supply, komoditas, dan geopolitik serta kenaikan inflasi dan suku bunga dunia harus menjadi perhatian kita di 2022 ini," imbuh Menkeu.
 

Pewarta: Sanya Dinda Susanti

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022