Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan warga tak perlu mengantre di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk mendapatkan Bahan Bakar Minyak terutama solar subsidi karena pihaknya menjamin suplai sesuai kondisi terkini (real time).
“Tidak perlu khawatir, tidak perlu lihat orang antre lalu ikut-ikutan antre, karena masih ada (minyak),” kata Nicke yang diwawancarai setelah memantau penjualan BBM di SPBU Simpang Bandara SMB II Palembang, Sumatera Selatan, Minggu, didampingi Kapolda Sumatera Selatan Irjen Pol Toni Harmanto.
Masyarakat diharapkan tak perlu panik karena Pertamina sudah mendapatkan jaminan dari pemerintah untuk tetap mengawal ketersediaan BBM di masyarakat, baik untuk kelompok subsidi maupun non subsidi.
Jaminan ini diberikan agar harga-harga kebutuhan pokok masyarakat tidak mengalami kenaikan mengingat minyak solar subsidi diperuntukkan bagi kendaraan umum dan kendaraan pengangkut barang-barang logistik.
Oleh karena itu, sejak awal Pertamina menyediakan suplai BBM itu merujuk pada permintaan masyarakat (base on demand). Bahkan di beberapa daerah, Pertamina sampai menambah pasokan hingga 75 persen dari biasanya.
“Dan ini yang kami lakukan (tambah pasokan),” kata dia.
Baginya, situasi panic buying (membeli karena panik) justru akan berbuah malapetaka. Adanya ketakutan bahwa BBM akan habis akan membuat terjadinya rush sehingga antrean di SPBU menjadi tak terelakkan lagi. Jika sudah begitu, maka semua sektor akan terganggu.
Oleh karena itu, Nicke mengimbau pelaku angkutan barang tak lagi memburu BBM solar subsidi hingga rela mengantre berjam-jam di SPBU. Bahkan, sampai bersiasat berpindah-pindah SPBU demi mengisi penuh tangki kendaraan.
Baginya, kondisi saat ini sangat terkendali, seperti di Sumsel terdapat 27 SPBU yang menyediakan BBM solar bersubsidi, yang menurut Nicke itu sangat memenuhi kebutuhan angkutan logistik.
Bahkan jika tetap terjadi antrean, Pertamina pun sudah memiliki langkah antisipasi yakni dengan mengoperasionalkan SPBU Mobile atau unit mobil tangki yang memiliki alat hitung pembelian BBM.
Tak hanya itu, Pertamina juga dapat mengoperasikan unit Pertashop Mobile yang sempat digunakan di Tol untuk masa mudik Lebaran.
Di Sumsel, Pertamina menyediakan sebanyak 17 unit mobile dispenser sehingga saat terjadi antrean maka bisa jemput bola dengan cara mendekati kendaraan-kendaraan yang sudah mengular hingga keluar area SPBU.
Langkah lainnya, Pertamina juga memantau secara real time setiap stok di SPBU bahkan hingga dispensernya melalui sistem digitalisasi untuk menghindari terjadi kekosongan BBM.
Untuk itu, jika ada SPBU yang kondisinya sudah nyaris kosong maka pihaknya akan mengontak pengelola agar segera mengajukan Delivery Order (DO).
Melalui upaya-upaya itu, sejauh ini Nicke menilai antrean kendaraan di SPBU sudah tak separah sebelumnya. Apalagi sejak Pertamina menambah pasokan hingga 20 persen di wilayah Sumsel.
“Bisa dilihat sendiri, antrean yang terjadi pada bulan lalu ini sudah tidak ada dan sudah terurai,” kata Nicke.
Tak hanya biosolar, Pertamina juga memantau permintaan terhadap Pertalite setelah dilakukan kenaikan harga pada Pertamax.
“Intinya yang ingin kami sampaikan bahwa suplai dari BBM baik Bio Solar, Pertalite, Pertamax, Dexlite, Pertadex dan Pertamax turbo ini semua dalam kondisi aman,” kata dia.
Sementara itu, Anton, pengemudi truk pengangkut pasir yang dijumpai di SPBU tersebut, mengatakan dirinya sejak sebulan terakhir selalu mengantre untuk mendapatkan BBM solar subsidi.
Ia yang dijumpai di SPBU simpang bandara Palembang mengatakan rata-rata mengantre selama lima jam untuk mengisi penuh tangki kendaraannya. Biasanya ia berangkat dari kawasan Sungsang, Banyuasin dengan kondisi tanpa muatan pada pukul 05.00 WIB untuk tiba sekitar pukul 07.00 WIB di SPBU. Lalu sekitar pukul 12.00 WIB menuju kawasan Tanjung Api-Api untuk mengangkut pasir kembali ke Sungsang.
“Bahkan antrean sampai ke jalan baru (radius kurang lebih satu kilometer dari SPBU). Memang dapat terus, selalu ada minyak di SPBU. Tapi karena lihat semua antre, jadi saya ikut antre juga,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022
“Tidak perlu khawatir, tidak perlu lihat orang antre lalu ikut-ikutan antre, karena masih ada (minyak),” kata Nicke yang diwawancarai setelah memantau penjualan BBM di SPBU Simpang Bandara SMB II Palembang, Sumatera Selatan, Minggu, didampingi Kapolda Sumatera Selatan Irjen Pol Toni Harmanto.
Masyarakat diharapkan tak perlu panik karena Pertamina sudah mendapatkan jaminan dari pemerintah untuk tetap mengawal ketersediaan BBM di masyarakat, baik untuk kelompok subsidi maupun non subsidi.
Jaminan ini diberikan agar harga-harga kebutuhan pokok masyarakat tidak mengalami kenaikan mengingat minyak solar subsidi diperuntukkan bagi kendaraan umum dan kendaraan pengangkut barang-barang logistik.
Oleh karena itu, sejak awal Pertamina menyediakan suplai BBM itu merujuk pada permintaan masyarakat (base on demand). Bahkan di beberapa daerah, Pertamina sampai menambah pasokan hingga 75 persen dari biasanya.
“Dan ini yang kami lakukan (tambah pasokan),” kata dia.
Baginya, situasi panic buying (membeli karena panik) justru akan berbuah malapetaka. Adanya ketakutan bahwa BBM akan habis akan membuat terjadinya rush sehingga antrean di SPBU menjadi tak terelakkan lagi. Jika sudah begitu, maka semua sektor akan terganggu.
Oleh karena itu, Nicke mengimbau pelaku angkutan barang tak lagi memburu BBM solar subsidi hingga rela mengantre berjam-jam di SPBU. Bahkan, sampai bersiasat berpindah-pindah SPBU demi mengisi penuh tangki kendaraan.
Baginya, kondisi saat ini sangat terkendali, seperti di Sumsel terdapat 27 SPBU yang menyediakan BBM solar bersubsidi, yang menurut Nicke itu sangat memenuhi kebutuhan angkutan logistik.
Bahkan jika tetap terjadi antrean, Pertamina pun sudah memiliki langkah antisipasi yakni dengan mengoperasionalkan SPBU Mobile atau unit mobil tangki yang memiliki alat hitung pembelian BBM.
Tak hanya itu, Pertamina juga dapat mengoperasikan unit Pertashop Mobile yang sempat digunakan di Tol untuk masa mudik Lebaran.
Di Sumsel, Pertamina menyediakan sebanyak 17 unit mobile dispenser sehingga saat terjadi antrean maka bisa jemput bola dengan cara mendekati kendaraan-kendaraan yang sudah mengular hingga keluar area SPBU.
Langkah lainnya, Pertamina juga memantau secara real time setiap stok di SPBU bahkan hingga dispensernya melalui sistem digitalisasi untuk menghindari terjadi kekosongan BBM.
Untuk itu, jika ada SPBU yang kondisinya sudah nyaris kosong maka pihaknya akan mengontak pengelola agar segera mengajukan Delivery Order (DO).
Melalui upaya-upaya itu, sejauh ini Nicke menilai antrean kendaraan di SPBU sudah tak separah sebelumnya. Apalagi sejak Pertamina menambah pasokan hingga 20 persen di wilayah Sumsel.
“Bisa dilihat sendiri, antrean yang terjadi pada bulan lalu ini sudah tidak ada dan sudah terurai,” kata Nicke.
Tak hanya biosolar, Pertamina juga memantau permintaan terhadap Pertalite setelah dilakukan kenaikan harga pada Pertamax.
“Intinya yang ingin kami sampaikan bahwa suplai dari BBM baik Bio Solar, Pertalite, Pertamax, Dexlite, Pertadex dan Pertamax turbo ini semua dalam kondisi aman,” kata dia.
Sementara itu, Anton, pengemudi truk pengangkut pasir yang dijumpai di SPBU tersebut, mengatakan dirinya sejak sebulan terakhir selalu mengantre untuk mendapatkan BBM solar subsidi.
Ia yang dijumpai di SPBU simpang bandara Palembang mengatakan rata-rata mengantre selama lima jam untuk mengisi penuh tangki kendaraannya. Biasanya ia berangkat dari kawasan Sungsang, Banyuasin dengan kondisi tanpa muatan pada pukul 05.00 WIB untuk tiba sekitar pukul 07.00 WIB di SPBU. Lalu sekitar pukul 12.00 WIB menuju kawasan Tanjung Api-Api untuk mengangkut pasir kembali ke Sungsang.
“Bahkan antrean sampai ke jalan baru (radius kurang lebih satu kilometer dari SPBU). Memang dapat terus, selalu ada minyak di SPBU. Tapi karena lihat semua antre, jadi saya ikut antre juga,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022