Masih terngiang jejak gegap gempita dari entakan musik Sheila on 7 yang menyapa telinga para penggemar pada Sabtu (28/1) malam lalu di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Mereka beraksi di atas panggung dalam konser tunggal setelah sekian lama.
Perasaan rindu penggemar pun tumpah ketika suara vokal dari Akhdiyat Duta Modjo, petikan gitar dari Eross Candra, hingga deru bas dari Adam Muhammad Subarkah berpadu membawakan lagu pertama “Pejantan Tangguh”. Bahkan sesaat sebelum itu, penonton sudah antusias kala cuplikan instrumen dan lirik “Tunjuk Satu Bintang” ditampilkan.
"Terima kasih yang sebesar-besarnya atas ketulusan hati kalian untuk menunggu kami di Jakarta," kata Duta setelah menyanyikan lagu “J.A.P” yang langsung disambut riuh dari penonton.
“Perjalanan panjang” malam itu pun berlanjut dengan deretan hits yang dipersembahkan Sheila on 7, sementara penonton menyambutnya dengan tak hentinya ikut bersenandung bersama.
Perjalanan berlanjut hingga 20-an lagu yang ditembangkan. Ada "Film Favorit", "Bila Kau Tak di Sampingku", "Seberapa Pantas", "Sephia", "Kita", “Yang Terlewatkan”, “Pria Kesepian”, “Saat Aku Lanjut Usia”, “Terlalu Singkat”, “Sahabat Sejati”, “Pemuja Rahasia”, “Betapa”, “Hari Bersamanya”, “Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki”, “Lapang Dada”, “Itu Aku”, hingga “Dan”.
Duta, Eross, dan Adam mampu menjaga gelombang mood ribuan penonton yang setia berdiri selama sekitar dua jam, sejak awal hingga akhir. Di titik tertentu, lagu mereka memicu penonton ikut bergoyang atau sekadar menggerakkan tubuh hingga melambaikan tangan. Di saat lain, lagu-lagu sendu mereka menghangatkan dan menghanyutkan perasaan penonton.
“Sheila on 7 sama sekali nggak muda lagi. Sekali lagi, kalian sudah dengan senang hati mau nunggu Sheila on 7 di Jakarta,” tutur Duta sesaat sebelum menembangkan “Melompat Lebih Tinggi”.
Tak hanya bagi penonton, momen konser itu juga membahagiakan bagi Sheila on 7 sendiri. Di atas panggung, Duta pun mengungkapkan rasa bahagianya karena bisa jumpa kembali dengan para pendengar musik mereka sejak era 90-an dan 2000-an.
Barangkali Duta benar, “bapak-bapak” Sheila on 7 kini sudah tak lagi muda. Namun, walaupun lebih dari dua dekade berlalu, lagu-lagu mereka senantiasa relevan dan segar untuk tetap dinikmati di era sekarang.
Aksi panggung yang berlangsung dua jam itu pun diakhiri dengan penutup yang manis; “Sebuah Kisah Klasik” yang seolah membawa pesan untuk tak ingin berpisah dari momen tersebut serta “Tunggu Aku di Jakarta” yang seolah menjadi jawaban atas penantian panjang untuk mewujudkan konser ini di Jakarta, sama seperti tajuk konsernya.
Selalu temani generasi 90-an
Bagi Maul Ibrahim, salah satu personel band Perunggu, Sheila on 7 seperti “kompas” atau bahkan seperti “rumah” di mana anggota band bisa langsung terhubung ketika lagu Sheila on 7 tiba-tiba muncul. Sementara bagi personel lainnya, Adam Adenan, Sheila on 7 seperti “kakak”.
“(Merasa) related karena pernah di awal-awal pas ngeband-ngeband atau baru mulai bermusik itu pakai lagu Sheila on 7 yang ‘Dan’ sama ‘Kita’,” cerita personel Perunggu lainnya, Ildo Hasman.
Maul, Adam, dan Ildo hanyalah beberapa contoh orang muda yang tumbuh dengan lagu-lagu Sheila on 7 di masa-masa bangku sekolah. Sementara itu salah satu penggemar, Avi (29 tahun), juga sepakat tentang hal itu mengingat Sheila on 7 sempat wara-wiri di panggung pentas seni (pensi) sekolah pada masanya. Atau kalaupun tidak, band-band amatir yang digawangi anak-anak sekolah kerap langganan membawakan lagu-lagu Sheila on 7 di acara pensi.
“Lagu yang paling berkesan (buat saya) sebenarnya 'Kita' karena itu selalu ada di perpisahan SD, SMP, SMA,” ujar Andri Verraning Ayu di kesempatan berbeda. Ayu sendiri merupakan CEO Antara Suara, promotor yang mendukung konser Sheila on 7 tersebut.
Penggemar biasa, musisi, hingga artis tanah air kenamaan, entah generasi tua ataupun muda, antusias dengan gelaran konser “Tunggu Aku di Jakarta”. Walaupun masing-masing menyimpan lagu Sheila on 7 favorit yang berbeda-beda secara pribadi, mereka tetap memiliki kesamaan dalam hal pengalaman kolektif; yaitu kenangan.
“Berharapnya (konser ini) bisa benar-benar re-create new memories yang lebih indah lagi, sih, bahkan,” kata Avi, penggemar Sheila on 7.
Sheila on 7, “Tunggu Aku di …”
“Sheila on 7 adalah band teman seperjuangan kami yang sudah sama-sama dua puluhan tahun umurnya. Kami berada dalam label yang sama saat itu, masing-masing tahu perjuangannya dan kami juga sangat menggemari lagu-lagu Sheila on 7,” kata Edwin Marshal Syarif, salah satu personel Cokelat.
Band Cokelat yang mewakili generasi “seangkatan” dengan Sheila on 7, juga Perunggu yang mewakili generasi baru era sekarang, menjadi bintang tamu istimewa di konser “Tunggu Aku di Jakarta”.
Ayu, dari pihak promotor, mengatakan bahwa kedua bintang tamu itu dipilih selain mewakili generasi yang berbeda, Cokelat sendiri merupakan “sahabat sejati” bagi Sheila on 7, sementara Perunggu merupakan band anyar yang ingin didorong oleh Sheila on 7.
“Cokelat (tampil) sore. Kemudian sebelum Sheila on 7 itu adalah Perunggu. Teman-teman Sheila on 7 memang ingin memberikan tempat agar semua orang tahu bahwa ini, lho, band ini mempunyai kualitas yang bagus,” kata Ayu.
Dibutuhkan waktu yang panjang untuk mewujudkan konser “Tunggu Aku di Jakarta”, diskusi penentuan bintang tamu sebagai penampil pembuka hanya salah satunya. Ayu bercerita bagaimana dinamika yang dilalui antara promotor dan Sheila on 7, mulai dari pemilihan set list yang akan dibawakan, tata panggung dan pencahayaan, hingga tema atau tajuk konser.
Penjualan tiket konser Sheila on 7 “Tunggu Aku di Jakarta” berhasil menembus sekitar 22.000 dan ludes hanya dalam waktu 30 menit ketika periode penjualan tiket dibuka pada awal November 2022. Pihak promotor pun berharap konser tak hanya berhenti di Jakarta, melainkan juga dapat bersambung ke kota-kota lainnya walau tetap harus menyesuaikan kondisi dan kesediaan para personel Sheila on 7.
“Semoga apabila memang ini konser pertama itu lancar dan berhasil, hopefully, sih, kita akan berada di ‘Tunggu Aku di …’ kota-kota lainnya,” pungkas Ayu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Lautan memori di konser Sheila on 7
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023
Perasaan rindu penggemar pun tumpah ketika suara vokal dari Akhdiyat Duta Modjo, petikan gitar dari Eross Candra, hingga deru bas dari Adam Muhammad Subarkah berpadu membawakan lagu pertama “Pejantan Tangguh”. Bahkan sesaat sebelum itu, penonton sudah antusias kala cuplikan instrumen dan lirik “Tunjuk Satu Bintang” ditampilkan.
"Terima kasih yang sebesar-besarnya atas ketulusan hati kalian untuk menunggu kami di Jakarta," kata Duta setelah menyanyikan lagu “J.A.P” yang langsung disambut riuh dari penonton.
“Perjalanan panjang” malam itu pun berlanjut dengan deretan hits yang dipersembahkan Sheila on 7, sementara penonton menyambutnya dengan tak hentinya ikut bersenandung bersama.
Perjalanan berlanjut hingga 20-an lagu yang ditembangkan. Ada "Film Favorit", "Bila Kau Tak di Sampingku", "Seberapa Pantas", "Sephia", "Kita", “Yang Terlewatkan”, “Pria Kesepian”, “Saat Aku Lanjut Usia”, “Terlalu Singkat”, “Sahabat Sejati”, “Pemuja Rahasia”, “Betapa”, “Hari Bersamanya”, “Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki”, “Lapang Dada”, “Itu Aku”, hingga “Dan”.
Duta, Eross, dan Adam mampu menjaga gelombang mood ribuan penonton yang setia berdiri selama sekitar dua jam, sejak awal hingga akhir. Di titik tertentu, lagu mereka memicu penonton ikut bergoyang atau sekadar menggerakkan tubuh hingga melambaikan tangan. Di saat lain, lagu-lagu sendu mereka menghangatkan dan menghanyutkan perasaan penonton.
“Sheila on 7 sama sekali nggak muda lagi. Sekali lagi, kalian sudah dengan senang hati mau nunggu Sheila on 7 di Jakarta,” tutur Duta sesaat sebelum menembangkan “Melompat Lebih Tinggi”.
Tak hanya bagi penonton, momen konser itu juga membahagiakan bagi Sheila on 7 sendiri. Di atas panggung, Duta pun mengungkapkan rasa bahagianya karena bisa jumpa kembali dengan para pendengar musik mereka sejak era 90-an dan 2000-an.
Barangkali Duta benar, “bapak-bapak” Sheila on 7 kini sudah tak lagi muda. Namun, walaupun lebih dari dua dekade berlalu, lagu-lagu mereka senantiasa relevan dan segar untuk tetap dinikmati di era sekarang.
Aksi panggung yang berlangsung dua jam itu pun diakhiri dengan penutup yang manis; “Sebuah Kisah Klasik” yang seolah membawa pesan untuk tak ingin berpisah dari momen tersebut serta “Tunggu Aku di Jakarta” yang seolah menjadi jawaban atas penantian panjang untuk mewujudkan konser ini di Jakarta, sama seperti tajuk konsernya.
Selalu temani generasi 90-an
Bagi Maul Ibrahim, salah satu personel band Perunggu, Sheila on 7 seperti “kompas” atau bahkan seperti “rumah” di mana anggota band bisa langsung terhubung ketika lagu Sheila on 7 tiba-tiba muncul. Sementara bagi personel lainnya, Adam Adenan, Sheila on 7 seperti “kakak”.
“(Merasa) related karena pernah di awal-awal pas ngeband-ngeband atau baru mulai bermusik itu pakai lagu Sheila on 7 yang ‘Dan’ sama ‘Kita’,” cerita personel Perunggu lainnya, Ildo Hasman.
Maul, Adam, dan Ildo hanyalah beberapa contoh orang muda yang tumbuh dengan lagu-lagu Sheila on 7 di masa-masa bangku sekolah. Sementara itu salah satu penggemar, Avi (29 tahun), juga sepakat tentang hal itu mengingat Sheila on 7 sempat wara-wiri di panggung pentas seni (pensi) sekolah pada masanya. Atau kalaupun tidak, band-band amatir yang digawangi anak-anak sekolah kerap langganan membawakan lagu-lagu Sheila on 7 di acara pensi.
“Lagu yang paling berkesan (buat saya) sebenarnya 'Kita' karena itu selalu ada di perpisahan SD, SMP, SMA,” ujar Andri Verraning Ayu di kesempatan berbeda. Ayu sendiri merupakan CEO Antara Suara, promotor yang mendukung konser Sheila on 7 tersebut.
Penggemar biasa, musisi, hingga artis tanah air kenamaan, entah generasi tua ataupun muda, antusias dengan gelaran konser “Tunggu Aku di Jakarta”. Walaupun masing-masing menyimpan lagu Sheila on 7 favorit yang berbeda-beda secara pribadi, mereka tetap memiliki kesamaan dalam hal pengalaman kolektif; yaitu kenangan.
“Berharapnya (konser ini) bisa benar-benar re-create new memories yang lebih indah lagi, sih, bahkan,” kata Avi, penggemar Sheila on 7.
Sheila on 7, “Tunggu Aku di …”
“Sheila on 7 adalah band teman seperjuangan kami yang sudah sama-sama dua puluhan tahun umurnya. Kami berada dalam label yang sama saat itu, masing-masing tahu perjuangannya dan kami juga sangat menggemari lagu-lagu Sheila on 7,” kata Edwin Marshal Syarif, salah satu personel Cokelat.
Band Cokelat yang mewakili generasi “seangkatan” dengan Sheila on 7, juga Perunggu yang mewakili generasi baru era sekarang, menjadi bintang tamu istimewa di konser “Tunggu Aku di Jakarta”.
Ayu, dari pihak promotor, mengatakan bahwa kedua bintang tamu itu dipilih selain mewakili generasi yang berbeda, Cokelat sendiri merupakan “sahabat sejati” bagi Sheila on 7, sementara Perunggu merupakan band anyar yang ingin didorong oleh Sheila on 7.
“Cokelat (tampil) sore. Kemudian sebelum Sheila on 7 itu adalah Perunggu. Teman-teman Sheila on 7 memang ingin memberikan tempat agar semua orang tahu bahwa ini, lho, band ini mempunyai kualitas yang bagus,” kata Ayu.
Dibutuhkan waktu yang panjang untuk mewujudkan konser “Tunggu Aku di Jakarta”, diskusi penentuan bintang tamu sebagai penampil pembuka hanya salah satunya. Ayu bercerita bagaimana dinamika yang dilalui antara promotor dan Sheila on 7, mulai dari pemilihan set list yang akan dibawakan, tata panggung dan pencahayaan, hingga tema atau tajuk konser.
Penjualan tiket konser Sheila on 7 “Tunggu Aku di Jakarta” berhasil menembus sekitar 22.000 dan ludes hanya dalam waktu 30 menit ketika periode penjualan tiket dibuka pada awal November 2022. Pihak promotor pun berharap konser tak hanya berhenti di Jakarta, melainkan juga dapat bersambung ke kota-kota lainnya walau tetap harus menyesuaikan kondisi dan kesediaan para personel Sheila on 7.
“Semoga apabila memang ini konser pertama itu lancar dan berhasil, hopefully, sih, kita akan berada di ‘Tunggu Aku di …’ kota-kota lainnya,” pungkas Ayu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Lautan memori di konser Sheila on 7
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023