Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Kepala Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan Universitas Negeri Gorontalo, Fitriyane Lihawa mengatakan, tanaman jagung menjadi salah satu penyebab sedimen yang masuk ke Danau Limboto.

Menurut dia di Gorontalo, Selasa, lahan yang berada di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Alo Pohu sebagian besar ditanami jagung. Komoditas tersebut ditanam pada kemiringan lereng 40 persen sehingga mudah terjadi erosi.

Jagung yang paling berpotensi menyumbang sedimen adalah berumur 1-2 bulan karena pada saat tersebut tanah masih gembur.

"Jagung yang sudah berusia di atas dua bulan, tanahnya sudah padat sehingga tidak gampang erosi dan terbawa aliran sungai masuk ke danau," ungkapnya.

Penelitian yang dilakukan pihaknya pada tahun 2009 menunjukkan bahwa indeks pelepasan sedimen yang terjadi di DAS Alo Pohu adalah 0,18. Ini berarti bahwa sedimen hasil erosi yang akan sampai pada bagian hilir adalah sebesar 18 persen dari total sedimen yang terbawa oleh air.

Pada tahun 2014, kata dia, tercatat ada 15 kejadian longsor di DAS tersebut yang berkontribusi terhadap sedimentasi Danau Limboto.

Sementara terkait kehadiran tanaman sawit di hulu sungai, Fitri mengatakan pihaknya belum melakukan kajian terhadap pengaruh tanaman tersebut terhadap laju sedimentasi.

Sekretaris Dinas Kehutanan dan ESDM Provinsi Gorontalo, Rugaiyah Biki memprediksi Danau Limboto akan berubah menjadi daratan jika tidak segera ditangani dengan tepat dan cepat.

Ia menyebut pada tahun 1932 luas Danau Limboto mencapai 8.000 hektare dengan kedalaman 30 meter. Pada tahun 2003, luas berkurang menjadi 3.054 hektare dengan kedalaman 4 meter.

Perubahan signifikan terjadi pada tahun 2014 dengan luas danau tersisa 2.537 hektare dan kedalaman 2-2,5 meter.

"Laju sedimentasi menyebabkan pengurangan luas danau dan pendangkalan. Yang harus dilakukan adalah membenahi hulu," katanya.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016