Harga cabai rawit segar di pasar-pasar tradisional Provinsi Gorontalo menembus Rp100 ribu per kilo gram. Sementara cabai rawit kering berada di kisaran Rp80 ribu per kilo gram.
"Kenaikan harga cabai disebabkan kondisi cuaca panas terik yang dialami di daerah ini, berdampak pada turunnya produksi," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Gorontalo Utara Ajuba Talib di Gorontalo, Kamis.
Pihaknya bersinergi dengan organisasi perangkat daerah teknis lainnya untuk melakukan intervensi agar harga cabai rawit tidak terus meroket. Serta terus memantau harga dan melaporkan intensif ke pemerintah provinsi.
Saat ini musim hujan mulai intensif sehingga sangat diharapkan kata dia, tanaman cabai milik petani segera produktif hingga produksinya meningkat pada musim panen nanti.
Arifin salah satu pedagang cabai di pasar tradisional Moluo Kecamatan Kwandang mengatakan meningkatnya harga cabai rawit karena menurunnya pasokan.
"Saat ini pasokan dari petani masih sedikit, sementara mendekati hari raya Natal, permintaan cabai meningkat. Selain memasok dari petani Gorontalo, pedagang juga memasok cabai rawit dari wilayah Minahasa Sulawesi Utara," katanya.
Saat harga cabai rawit segar meroket kata Arifin, harga cabai kering ikut meroket sebab menjadi pilihan alternatif mendapatkan cabai dengan harga lebih murah. Cabai rawit kering yaitu cabai segar yang direbus kemudian dikeringkan sangat kering hingga kadar airnya di bawah 5 persen.
Cabai rawit kering banyak diproduksi saat cabai segar melimpah dengan harga sangat murah.
Irma Yani salah satu pelaku UMKM di bidang kuliner berharap harga cabai rawit tidak melambung dari harga saat ini.
"Orang Gorontalo itu penyuka makanan pedas sehingga kenaikan harga cabai rawit diharapkan bisa diintervensi pemerintah daerah agar harga tidak terus meroket, sebab dampaknya sangat kami rasakan sebagai penjual makanan," kata ibu muda ini.
Selain harga cabai rawit, harga tomat pun mengalami kenaikan dari Rp5 ribu per kilo gram menjadi Rp10 ribu per kilo gram.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023
"Kenaikan harga cabai disebabkan kondisi cuaca panas terik yang dialami di daerah ini, berdampak pada turunnya produksi," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Gorontalo Utara Ajuba Talib di Gorontalo, Kamis.
Pihaknya bersinergi dengan organisasi perangkat daerah teknis lainnya untuk melakukan intervensi agar harga cabai rawit tidak terus meroket. Serta terus memantau harga dan melaporkan intensif ke pemerintah provinsi.
Saat ini musim hujan mulai intensif sehingga sangat diharapkan kata dia, tanaman cabai milik petani segera produktif hingga produksinya meningkat pada musim panen nanti.
Arifin salah satu pedagang cabai di pasar tradisional Moluo Kecamatan Kwandang mengatakan meningkatnya harga cabai rawit karena menurunnya pasokan.
"Saat ini pasokan dari petani masih sedikit, sementara mendekati hari raya Natal, permintaan cabai meningkat. Selain memasok dari petani Gorontalo, pedagang juga memasok cabai rawit dari wilayah Minahasa Sulawesi Utara," katanya.
Saat harga cabai rawit segar meroket kata Arifin, harga cabai kering ikut meroket sebab menjadi pilihan alternatif mendapatkan cabai dengan harga lebih murah. Cabai rawit kering yaitu cabai segar yang direbus kemudian dikeringkan sangat kering hingga kadar airnya di bawah 5 persen.
Cabai rawit kering banyak diproduksi saat cabai segar melimpah dengan harga sangat murah.
Irma Yani salah satu pelaku UMKM di bidang kuliner berharap harga cabai rawit tidak melambung dari harga saat ini.
"Orang Gorontalo itu penyuka makanan pedas sehingga kenaikan harga cabai rawit diharapkan bisa diintervensi pemerintah daerah agar harga tidak terus meroket, sebab dampaknya sangat kami rasakan sebagai penjual makanan," kata ibu muda ini.
Selain harga cabai rawit, harga tomat pun mengalami kenaikan dari Rp5 ribu per kilo gram menjadi Rp10 ribu per kilo gram.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023