Pakar kesehatan Profesor Tjandra Yoga Aditama mengingatkan warga di Jakarta agar mewaspadai sejumlah penyakit seperti diare, leptospirosis dan demam tifoid saat banjir.
Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu dan saat banjir, sumber-sumber air khususnya dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar sehingga berpotensi menimbulkan penyakit diare.
Di samping itu saat banjir ada kemungkinan akan terjadi pengungsian dengan fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. "Hal tersebut potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat," kata Tjandra saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan, guna mencegah terkena diare, maka membiasakan untuk merebus air minum hingga mendidih dapat menjadi upaya yang bisa dilakukan.
Selain itu, warga juga perlu menerapkan perilaku hidup bersih yakni dengan membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan dan minum serta sehabis buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).
Kemudian, menjaga kebersihan lingkungan termasuk dengan menghindari tumpukan sampah di sekitar tempat tinggal dan segera menghubungi petugas kesehatan terdekat bila mengalami gejala-gejala diare.
Selain diare, penyakit leptospirosis juga berpotensi muncul saat banjir. Tjandra mengatakan penyakit disebabkan bakteri leptospira ini ditularkan melalui kotoran dan air kencing tikus.
Tjandra menuturkan, pada musim hujan terutama saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut dapat berkeliaran di sekitar manusia, sementara kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut.
"Seseorang yang mempunyai luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran atau kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut berpotensi dapat terinfeksi dan akan menjadi jatuh sakit," tutur dia.
Lalu, guna mencegah terkena penyakit ini, kata Tjandra, warga perlu menekan dan menghindari adanya tikus yang berkeliaran di sekitar dengan selalu menjaga kebersihan.
Upaya lainnya yakni dengan menghindari bermain air saat terjadi banjir, terutama apabila mempunyai luka. Kemudian menggunakan pelindung misalnya sepatu, bila terpaksa harus ke daerah banjir dan segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala dan menggigil.
Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 itu mengatakan, tak hanya diare dan leptospirosis, penyakit saluran cerna seperti demam tifoid juga perlu diwaspadai saat banjir.
"Kalau musim banjir maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Penyakit yang perlu juga diantisipasi adalah penyakit cerna, misalnya, demam tifoid," katanya.
Dia menambahkan, masyarakat juga perlu mengantisipasi perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir terjadi sampai berhari-hari.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Waspadai diare dan leptospirosis saat banjir
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024
Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu dan saat banjir, sumber-sumber air khususnya dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar sehingga berpotensi menimbulkan penyakit diare.
Di samping itu saat banjir ada kemungkinan akan terjadi pengungsian dengan fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih. "Hal tersebut potensial menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat," kata Tjandra saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan, guna mencegah terkena diare, maka membiasakan untuk merebus air minum hingga mendidih dapat menjadi upaya yang bisa dilakukan.
Selain itu, warga juga perlu menerapkan perilaku hidup bersih yakni dengan membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan dan minum serta sehabis buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).
Kemudian, menjaga kebersihan lingkungan termasuk dengan menghindari tumpukan sampah di sekitar tempat tinggal dan segera menghubungi petugas kesehatan terdekat bila mengalami gejala-gejala diare.
Selain diare, penyakit leptospirosis juga berpotensi muncul saat banjir. Tjandra mengatakan penyakit disebabkan bakteri leptospira ini ditularkan melalui kotoran dan air kencing tikus.
Tjandra menuturkan, pada musim hujan terutama saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut dapat berkeliaran di sekitar manusia, sementara kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut.
"Seseorang yang mempunyai luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran atau kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut berpotensi dapat terinfeksi dan akan menjadi jatuh sakit," tutur dia.
Lalu, guna mencegah terkena penyakit ini, kata Tjandra, warga perlu menekan dan menghindari adanya tikus yang berkeliaran di sekitar dengan selalu menjaga kebersihan.
Upaya lainnya yakni dengan menghindari bermain air saat terjadi banjir, terutama apabila mempunyai luka. Kemudian menggunakan pelindung misalnya sepatu, bila terpaksa harus ke daerah banjir dan segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala dan menggigil.
Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020 itu mengatakan, tak hanya diare dan leptospirosis, penyakit saluran cerna seperti demam tifoid juga perlu diwaspadai saat banjir.
"Kalau musim banjir maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Penyakit yang perlu juga diantisipasi adalah penyakit cerna, misalnya, demam tifoid," katanya.
Dia menambahkan, masyarakat juga perlu mengantisipasi perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir terjadi sampai berhari-hari.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Waspadai diare dan leptospirosis saat banjir
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024