Washington (ANTARA GORONTALO) - Amerika Serikat (AS) mulai mengerahkan
helikopter tempur untuk menyerang target-target ISIS di bekas basis
utama kelompok ekstremis tersebut di Sirte, Libya, menurut keterangan
seorang pejabat pertahanan, Selasa (23/8).
Sejak awal Agustus, jet-jet tempur AS sudah dikerahkan untuk membantu petempur yang setia pada Pemerintahan Kesepakatan Nasional (Government of National Accord/GNA) merebut kembali kota pesisir Sirte, melancarkan puluhan serangan ke posisi-posisi dan peralatan tempur ISIS.
Juru bicara komando militer AS di Afrika Letnan Komandan Anthony Falvo mengatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir helikopter-helikopter tempur Korps Marinir AH-1W SuperCobra dikerahkan untuk mendukung operasi.
"Helikopter Cobra memberikan tambahan kemampuan serangan udara tepat," kata Falvo yang berbasis di Stuttgart dalam wawancara lewat telepon dengan kantor berita AFP.
Pesawat-pesawat SuperCobra ditempatkan di USS Wasp, kapal tempur amfibi di Laut Mediterania. Sejumlah jet Harrier juga diluncurkan dari kapal itu untuk melancarkan serangan udara di Sirte.
Hingga Senin, militer AS sudah 77 kali melancarkan serangan udara di kota tersebut.
Pasukan Pro-GNA, yang sejak 1 Agustus mendapat dukungan serangan udara AS, memulai serangan pertengahan Mei untuk mengusir ISIS dari Sirte, salah satu kubu pertahanan kelompok bersenjata itu.
ISIS merebut kendali kota yang merupakan kampung halaman bekas orang kuat Libya Moamer Kadhafi tersebut pada Juni 2015.
Pentagon menyatakan keterlibatan AS dalam operasi di Sirte akan berlangsung dalam hitungan "pekan bukan bulan", namun Falvo tidak mau berspekulasi tentang berapa lama AS akan melancarkan serangan udaranya di sana.
"Kami berada di sana atas permintaan GNA," kata dia.
"Kami akan melanjutkan dukungan kami sepanjang yang diminta. Jika mereka memberitahu kami besok mereka tidak lagi butuh bantuan kami, maka kami akan mengakhiri dukungan pada titik itu."
Sementara Pentagon berkeras operasi untuk mendukung GNA hanya akan dilakukan lewat udara, para pejabat mengakui ada tim pasukan operasi kecil khusus yang masuk dan keluar dari negara itu untuk mendapat informasi intelijen dan membangun hubungan dengan pasukan lokal. (ab)
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016
Sejak awal Agustus, jet-jet tempur AS sudah dikerahkan untuk membantu petempur yang setia pada Pemerintahan Kesepakatan Nasional (Government of National Accord/GNA) merebut kembali kota pesisir Sirte, melancarkan puluhan serangan ke posisi-posisi dan peralatan tempur ISIS.
Juru bicara komando militer AS di Afrika Letnan Komandan Anthony Falvo mengatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir helikopter-helikopter tempur Korps Marinir AH-1W SuperCobra dikerahkan untuk mendukung operasi.
"Helikopter Cobra memberikan tambahan kemampuan serangan udara tepat," kata Falvo yang berbasis di Stuttgart dalam wawancara lewat telepon dengan kantor berita AFP.
Pesawat-pesawat SuperCobra ditempatkan di USS Wasp, kapal tempur amfibi di Laut Mediterania. Sejumlah jet Harrier juga diluncurkan dari kapal itu untuk melancarkan serangan udara di Sirte.
Hingga Senin, militer AS sudah 77 kali melancarkan serangan udara di kota tersebut.
Pasukan Pro-GNA, yang sejak 1 Agustus mendapat dukungan serangan udara AS, memulai serangan pertengahan Mei untuk mengusir ISIS dari Sirte, salah satu kubu pertahanan kelompok bersenjata itu.
ISIS merebut kendali kota yang merupakan kampung halaman bekas orang kuat Libya Moamer Kadhafi tersebut pada Juni 2015.
Pentagon menyatakan keterlibatan AS dalam operasi di Sirte akan berlangsung dalam hitungan "pekan bukan bulan", namun Falvo tidak mau berspekulasi tentang berapa lama AS akan melancarkan serangan udaranya di sana.
"Kami berada di sana atas permintaan GNA," kata dia.
"Kami akan melanjutkan dukungan kami sepanjang yang diminta. Jika mereka memberitahu kami besok mereka tidak lagi butuh bantuan kami, maka kami akan mengakhiri dukungan pada titik itu."
Sementara Pentagon berkeras operasi untuk mendukung GNA hanya akan dilakukan lewat udara, para pejabat mengakui ada tim pasukan operasi kecil khusus yang masuk dan keluar dari negara itu untuk mendapat informasi intelijen dan membangun hubungan dengan pasukan lokal. (ab)
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016