Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Sejumlah warga di Kota Gorontalo mengaku khawatir kemungkinan adanya dampak negatif dari peristiwa alam rutin equinox yang akan terjadi pada 20 Maret 2017.

Nuwa Abdulah (43), warga setempat, Minggu mengatakan, kekhawatirannya akan isu tentang suhu yang meningkat tajam pada waktu terjadinya equinox, sehingga bisa mempengaruhi daya tahan tubuh.

"Gorontalo kan memang panas cuacanya, kalo terjadi equinox setahu saya akan makin panas. Takut nanti jadi sakit atau minimal sakit kepala," ujarnya di Gorontalo.

Karena khawatir, ia bahkan berencana untuk tidak keluar rumah pada tanggal 21 Maret untuk menghindari dampak equinox.

Sementara warga lainnya, Nuryana menilai fenomena equinox tidak perlu dikhawatirkan, namun tetap perlu diantisipasi bila timbul dampaknya pada hari tersebut.

"Saya sih berencana pakai payung dan tabir surya saja, soalnya banyak yang bilang nanti cuaca akan panas. Tapi kalau baca-baca berita lagi, katanya tidak ada dampak berarti. Ya tetap diantisipasi saja," tukasnya.

Sementara itu, dalam penjelasan melalui rilis, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox sebagaimana isu yang berkembang.

Equinox adalah salah satu fenomena astronomi dimana Matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September.

Saat fenomena ini berlangsung di luar bagian bumi hampir relatif sama, termasuk wilayah yang berada di subtropis bagian Utara maupun Selatan.

Keberadaan fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, yang mana rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-36�C.

Equinox juga dinyatakan bukan merupakan fenomena seperti HeatWave yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah, yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahanlama.

BMKG juga menyatakan secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab/basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sdg memasuki masa/periode transisi/pancaroba.

Masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas, dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan.

Prakirawan BMKG Gorontalo Fathuri mengatakan bahwa panas terik saat equinox tergantung kondisi geofrafis daerah.

"Walaupun matahari berada diatas wilayah kita, faktor musim dan angin berpengaruh mengusir panas terik tersebut. Contohnya di daerah yang banyak angin, di wilayah dataran tinggi, dan daerah yng lagi musim hujan, panas matahari maksimum tidak terlalu berpengaruh," ujarnya.

Pewarta: Debby Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017