Jakarta, (Antara) - PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk menargetkan dapat mendongkrak aset sedikitnya 18 persen di akhir tahun 2017 menjadi Rp253 triliun dari posisi saat ini sebesar Rp214 triliun, sehingga menduduki posisi bank terbesar kelima di Indonesia.

Direktur Utama BTN Maryono saat diskusi dengan media usai berbuka puasa di Jakarta, Minggu malam, mengatakan peningkatan aset tersebut untuk mendukung daya saing perseroan menjelang integrasi pasar perbankan di ASEAN secara menyeluruh pada 2020 (ASEAN Banking Integration Framework/ABIF).

"BTN harus melakukan loncatan transformasi, tahun ini juga kita gencarkan efisiensi di sisi operasional," ujar dia.

Saat ini, BTN menempati posisi bank dengan aset terbesar keenam di Indonesia. Maryono optimistis target pertumbuhan aset itu dapat tercapai. Salah satu upayanya, kata Maryono, BTN akan tetap fokus merambah pasar Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Menurut dia, KPR yang akan disalurkan BTN dalam sisa tahun untuk program pemerintah satu juta rumah saja akan menambah portofolio sebesar Rp66 triliun.  Hal itu belum ditambah dari portofolio BTN di sektor KPR non subsidi dan juga sektor kredit lainnya.

"Di subsidi saja, 'market share' (pangsa pasar) kita 97 persen. Itu bisa jauh lebih dari Rp 20 triliun," katanya.

Angka Rp20 triliun merupakan estimasi minimal penambahan aset yang harus dipenuhi BTN jika ingin menjadi bank terbesar kelima, menyalip jumlah aset PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Selain tetap agresif di kredit, Maryono mengatakan perseroan juga sedang melakukan efisiensi operasional dengan mengoptimalkan layanan Teknologi Informasi untuk mencapai target pertumbuhan aset itu. Dengan begitu diharapkan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BTN dapat menurun.

Kredit BTN, kata Maryono, dijaga minimal dapat tumbuh 18 persen pada tahun ini dari yang sebesar Rp164,44 triliun. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) ditargetkan tumbuh 22-24 persen (yoy) dari penghimpunan DPK 2016 yang sebesar Rp160,19 triliun.

Adapun per April 2017, BTN telah mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 18 persen menjadi Rp170,45 triliun. Sedangkan DPK BTN naik 21,82 persen dari Rp 129,29 triliun menjadi Rp 157,52 triliun.

"Untuk kualitas aset, BTN ingin memperbaiki rasio kredit bermasalah (NPL) menjadi di bawah tiga persen (gross) pada akhir tahun," kata Maryono.

Secara jangka panjang, lanjut Maryono, BTN ingin masuk kategori tertinggi di industri perbankan yakni menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) IV dengan modal inti minimum Rp 30 triliun. Target itu diperkirakan Maryono tercapai pada 2020.

Saat ini, modal inti BTN hingga Mei 2017 sebesar Rp 16 triliun. Di akhir 2017, Maryono memperkirakan modal inti BTN akan bertambah lebih Rp3 triliun, sehingga akan mencapai sedikitnya Rp 19 triliun.

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017