New Delhi (ANTARA GORONTALO) - Lembaga sensor India menolak mengesahkan
sebuah film dokumenter yang menampilkan pemenang Nobel Amartya Sen,
kecuali kata-kata "sapi" dan "Hindu India" disensor dalam tayangan film
itu, ujar sutradara, dalam perselisihan yang melibatkan dewan film.
Suman Ghosh, seorang sutradara pemenang penghargaan nasional, mengatakan dia menayangkan film berjudul "The Argumentative India" -- diadaptasi dari buku karya Sen dengan judul sama -- untuk proses sensor di Kota Kolkata timur pada Selasa.
Setelah tiga jam menyaksikan, para pejabat secara lisan meminta menghapus kata-kata "sapi" -- binatang yang dianggap suci bagi umat Hindu -- "Hindu India" dan "Gujarat."
"Dalam sebuah film sinema, aneh rasanya keluar suara bip secara tiba-tiba," kata Ghosh kepada jaringan berita NDTV, mengatakan dia "sangat terkejut".
"Namun, saya tidak akan membuat perubahan sama sekali," kata dia.
Film dokumenter tersebut direncakan untuk dirilis akhir pekan ini.
Difilmkan selama lebih dari 15 tahun, karya baru Ghosh lebih banyak menampilkan Sen, seorang kritikus vokal dari Modi, dan Kaushik Basu, yang merupakan penasihat ekonomi utama pemerintah India terakhir yang dipimpin Kongres, dalam sebuah percakapan yang berkisar dari ekonomi dan filsafat hingga kebangkitan global nasionalisme sayap kanan.
Film tersebut juga menyebutkan kerusuhan komunal di negara bagian Gujarat barat, tempat sedikitnya 1.000 orang, kebanyakan muslim, terbunuh pada 2002 ketika Perdana Menteri Narendra Modi menjabat Menteri Utama di sana.
Ghosh mengatakan belum menerima pemberitahuan resmi dari Dewan Sertifikasi Film CBFC yang berbasis di Mumbai itu.
CBFC belum menanggapi beberapa panggilan dan pesan teks dari AFP untuk mendapatkan komentar.
Sen mengatakan dia "benar-benar terkejut ada sesuatu yang kontroversial tentang hal itu."
"Dewan sensor sekarang telah menjadikannya film yang menarik dan saya bersyukur untuk itu," katanya kepada NDTV.
Pembantaian atau konsumsi daging sapi merupakan isu hangat di India. Bahkan, rumor tentang pengiriman sapi dapat memicu kerusuhan yang berkaitan dengan agama.
Sensor di India sering memotong adegan film, terutama yang dianggap terlalu kasar atau berisiko menyebabkan pelanggaran agama. Pembuat film menuduh hal itu sebagai intoleransi dan memberangus kebebasan berkreasi.
CBFC memicu kegemparan pada Februari silam ketika menolak mengesahkan sebuah film Hindi yang memenangkan penghargaan, dengan menganggapnya "berorientasi pada wanita".
Pada tahun 2015, mereka memblokir peluncuran "Fifty Shades of Grey", dan menganggap dua adegan ciuman James Bond tidak sesuai untuk penonton India.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017
Suman Ghosh, seorang sutradara pemenang penghargaan nasional, mengatakan dia menayangkan film berjudul "The Argumentative India" -- diadaptasi dari buku karya Sen dengan judul sama -- untuk proses sensor di Kota Kolkata timur pada Selasa.
Setelah tiga jam menyaksikan, para pejabat secara lisan meminta menghapus kata-kata "sapi" -- binatang yang dianggap suci bagi umat Hindu -- "Hindu India" dan "Gujarat."
"Dalam sebuah film sinema, aneh rasanya keluar suara bip secara tiba-tiba," kata Ghosh kepada jaringan berita NDTV, mengatakan dia "sangat terkejut".
"Namun, saya tidak akan membuat perubahan sama sekali," kata dia.
Film dokumenter tersebut direncakan untuk dirilis akhir pekan ini.
Difilmkan selama lebih dari 15 tahun, karya baru Ghosh lebih banyak menampilkan Sen, seorang kritikus vokal dari Modi, dan Kaushik Basu, yang merupakan penasihat ekonomi utama pemerintah India terakhir yang dipimpin Kongres, dalam sebuah percakapan yang berkisar dari ekonomi dan filsafat hingga kebangkitan global nasionalisme sayap kanan.
Film tersebut juga menyebutkan kerusuhan komunal di negara bagian Gujarat barat, tempat sedikitnya 1.000 orang, kebanyakan muslim, terbunuh pada 2002 ketika Perdana Menteri Narendra Modi menjabat Menteri Utama di sana.
Ghosh mengatakan belum menerima pemberitahuan resmi dari Dewan Sertifikasi Film CBFC yang berbasis di Mumbai itu.
CBFC belum menanggapi beberapa panggilan dan pesan teks dari AFP untuk mendapatkan komentar.
Sen mengatakan dia "benar-benar terkejut ada sesuatu yang kontroversial tentang hal itu."
"Dewan sensor sekarang telah menjadikannya film yang menarik dan saya bersyukur untuk itu," katanya kepada NDTV.
Pembantaian atau konsumsi daging sapi merupakan isu hangat di India. Bahkan, rumor tentang pengiriman sapi dapat memicu kerusuhan yang berkaitan dengan agama.
Sensor di India sering memotong adegan film, terutama yang dianggap terlalu kasar atau berisiko menyebabkan pelanggaran agama. Pembuat film menuduh hal itu sebagai intoleransi dan memberangus kebebasan berkreasi.
CBFC memicu kegemparan pada Februari silam ketika menolak mengesahkan sebuah film Hindi yang memenangkan penghargaan, dengan menganggapnya "berorientasi pada wanita".
Pada tahun 2015, mereka memblokir peluncuran "Fifty Shades of Grey", dan menganggap dua adegan ciuman James Bond tidak sesuai untuk penonton India.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017