Surabaya, (Antara News) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Surabaya menggunakan jalur kemasyarakat umat untuk memakamkan jenazah terduga teroris yang sebelumnya ditolak oleh warga setempat.
Sekretaris Umum MUI Kota Surabaya, Moch Munief, di Surabaya, Minggu, mengatakan pihaknya sudah melakukan sejumlah pertemuan dengan sejumlah kiai untuk membahas persoalan ini.
"Sudah kami selesaikan dengan para kiai dan wali kota Risma melalui jalur kemasyarakatan umat," katanya.
Hal ini sesuai dengan surat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang meminta solusi atau fatwa tentang pemakaman terduga teroris yang ditolak warga ternyata sudah direspons beberapa hari lalu.
Untuk itu, lanjut dia, MUI Surabaya meminta kepada Risma untuk tetap memperhatikan kemasyarakatan umat. Artinya, jangan sampai permasalahan sepele ini, dimanfaatkan beberapa orang untuk menambah gesekan antarelemen masyarakat.
"Kami mohon kepada semua pihak agar semuanya ditangani secara baik," katanya.
Ia juga menjelaskan keputusan ini diambil dengan pertimbangan melihat dua versi, pertama dari segi kemanusiaan, kedua dari akhlaknya.
"Manusia ya tetap manusia. Nanti saat pemakaman ya disesuaikan menurut agama masing-masing. Kalau yang Islam ya disholati dan dikafani," katanya.
Selain itu, Munief juga menegaskan kepada masyarakat, apabila masih ada warga yang tetap menolak ketujuh jenazah terduga teroris pihaknya akan bertindak tegas.
"Nanti kami langsung datangi dan diberikan penjelasan secara baik-baik agar mereka (warga) memahami," ujarnya.
Ditanya kapan jenazah terduga teroris itu dimakamkan, Munief mengaku belum mengetahui secara pasti. Namun, dirinya menegaskan jenazah terduga teroris tersebut telah mendapat tempat untuk dimakamkan.
"Nanti dibicarakan selanjutnya dengan pihak yang bersangkutan," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya menyatakan masih menunggu fatwa dari MUI terkait pemakaman jenazah terduga teroris yang ditolak oleh warga setempat.
Menurut dia, pihaknya telah mendengar kabar ada sejumlah warga di sekitar Makam Putat Gede, Jarak, Sawahan, Surabaya menolak rencana pemakaman jenazah terduga teroris di tempat pemakamam umum setempat.
Bahkan warga Putat Jaya tersebut datang ke makam dan kembali menutup lubang pemakaman yang sudah digali. Awalnya, lubang makam itu untuk mengubur jenazah terduga teroris Dita Oepriarto, kepala keluarga pengeboman di GKI Diponegoro, Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel dan GPPS Jalan Arjuno, Minggu (13/5).
Dita bersama istri dan empat anaknya yang juga meninggal akibat bunuh diri sebelumnya tinggal di Wisma Indah Blok K-22, Wonorejo, Rungkut, Surabaya.
"Kalau fatwa MUI membolehkan, maka kami harus jelaskan kepada masyarakat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
Sekretaris Umum MUI Kota Surabaya, Moch Munief, di Surabaya, Minggu, mengatakan pihaknya sudah melakukan sejumlah pertemuan dengan sejumlah kiai untuk membahas persoalan ini.
"Sudah kami selesaikan dengan para kiai dan wali kota Risma melalui jalur kemasyarakatan umat," katanya.
Hal ini sesuai dengan surat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang meminta solusi atau fatwa tentang pemakaman terduga teroris yang ditolak warga ternyata sudah direspons beberapa hari lalu.
Untuk itu, lanjut dia, MUI Surabaya meminta kepada Risma untuk tetap memperhatikan kemasyarakatan umat. Artinya, jangan sampai permasalahan sepele ini, dimanfaatkan beberapa orang untuk menambah gesekan antarelemen masyarakat.
"Kami mohon kepada semua pihak agar semuanya ditangani secara baik," katanya.
Ia juga menjelaskan keputusan ini diambil dengan pertimbangan melihat dua versi, pertama dari segi kemanusiaan, kedua dari akhlaknya.
"Manusia ya tetap manusia. Nanti saat pemakaman ya disesuaikan menurut agama masing-masing. Kalau yang Islam ya disholati dan dikafani," katanya.
Selain itu, Munief juga menegaskan kepada masyarakat, apabila masih ada warga yang tetap menolak ketujuh jenazah terduga teroris pihaknya akan bertindak tegas.
"Nanti kami langsung datangi dan diberikan penjelasan secara baik-baik agar mereka (warga) memahami," ujarnya.
Ditanya kapan jenazah terduga teroris itu dimakamkan, Munief mengaku belum mengetahui secara pasti. Namun, dirinya menegaskan jenazah terduga teroris tersebut telah mendapat tempat untuk dimakamkan.
"Nanti dibicarakan selanjutnya dengan pihak yang bersangkutan," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya menyatakan masih menunggu fatwa dari MUI terkait pemakaman jenazah terduga teroris yang ditolak oleh warga setempat.
Menurut dia, pihaknya telah mendengar kabar ada sejumlah warga di sekitar Makam Putat Gede, Jarak, Sawahan, Surabaya menolak rencana pemakaman jenazah terduga teroris di tempat pemakamam umum setempat.
Bahkan warga Putat Jaya tersebut datang ke makam dan kembali menutup lubang pemakaman yang sudah digali. Awalnya, lubang makam itu untuk mengubur jenazah terduga teroris Dita Oepriarto, kepala keluarga pengeboman di GKI Diponegoro, Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel dan GPPS Jalan Arjuno, Minggu (13/5).
Dita bersama istri dan empat anaknya yang juga meninggal akibat bunuh diri sebelumnya tinggal di Wisma Indah Blok K-22, Wonorejo, Rungkut, Surabaya.
"Kalau fatwa MUI membolehkan, maka kami harus jelaskan kepada masyarakat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018