Jakarta, (Antara News) - International Data Corporation's (IDC) mengeluarkan laporan terbaru mereka untuk pengapalan ponsel pintar di Indonesia, Samsung dan Xiaomi menduduki urutan teratas.
Data IDC menyebutkan pengapalan ponsel pintar di Indonesia mencapai 9,4 juta unit pada kuartal kedua 2018, naik 22 persen dibandingkan kuartal sama tahun sebelumnya. Angka ini menurut IDC merupakan pengapalan terbanyak di Indonesia.
Samsung masih menjadi pemain dominan di Indonesia, dengan market share sebesar 27 persen untuk kuartal kedua 2018. Melalui siaran pers di situs idc.com tertanggal 7 September, analis pasar IDC Indonesia Risky Febrian memberi pehatian pada Xiaomi, yang berada di posisi kedua dengan market share 25 persen.
"Berbeda dengan strategi OPPO dan Vivo, Xiaomi memiliki kampanye pemasaran yang minim dan margin yang tipis untuk mitra. Tapi, mereka bisa memasok perangkat dengan harga kompetitif antara hrga dengan spesifikasi ke pasar, konsumen pun lebih memperhatikan nilai yang bisa didapat dengan uang yang dimiliki," kata Risky.
"Dengan strategi seperti ini, Xiaomi secara bertahap mengejar naik dan mendapatkan nama, juga market share," kata Risky.
OPPO dan Vivo masing-masing menduduki posisi ketiga dan keempat, dengan market share 18 persen dan 9 persen. Merk lokal Advan, berada di tempat kelima, memiliki market share sebesar 6 persen.
OPPO dan Vivo dinilai IDC Indonesia agresif dalam kampanye pemasaran dan menghasilkan margin keuntungan yang menggembirakan untuk mitra kanal pemasaran. Xiaomi, menurut lembaga tersebut, mengandalkan medium di internet untuk kampanye pemasara misalnya melalui flash sale di e-commerce, gim atau mendukung komunitas penggemar.
Melalui kegiatan tersebut, Xiaomi dibicarakan di media sosial.
IDC memprediksi Xiaomi akan terus memakai cara ini sebagai strategi kampanye mereka sehingga kompetitor akan perlu memperhatikan strategi harga.
Menurut IDC, merk lokal akan yang mengalami dampak besar dari strategi Xiaomi ini.
Risky menilai tantangan bagi Xiaomi adalah masalah pasokan untuk model ponsel mereka yang banyak disukai, yang dapat berakibat buruk pada strategi harga dan permintaan pasar.
Harga jual rata-rata (average selling price) untuk OPPO dan Vivo pada kuartal kedua 2018 sebesar 220 dolar (sekitar Rp3,260 juta) sementara Xiaomi 130 dolar (sekitar Rp1,926 juta).
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
Data IDC menyebutkan pengapalan ponsel pintar di Indonesia mencapai 9,4 juta unit pada kuartal kedua 2018, naik 22 persen dibandingkan kuartal sama tahun sebelumnya. Angka ini menurut IDC merupakan pengapalan terbanyak di Indonesia.
Samsung masih menjadi pemain dominan di Indonesia, dengan market share sebesar 27 persen untuk kuartal kedua 2018. Melalui siaran pers di situs idc.com tertanggal 7 September, analis pasar IDC Indonesia Risky Febrian memberi pehatian pada Xiaomi, yang berada di posisi kedua dengan market share 25 persen.
"Berbeda dengan strategi OPPO dan Vivo, Xiaomi memiliki kampanye pemasaran yang minim dan margin yang tipis untuk mitra. Tapi, mereka bisa memasok perangkat dengan harga kompetitif antara hrga dengan spesifikasi ke pasar, konsumen pun lebih memperhatikan nilai yang bisa didapat dengan uang yang dimiliki," kata Risky.
"Dengan strategi seperti ini, Xiaomi secara bertahap mengejar naik dan mendapatkan nama, juga market share," kata Risky.
OPPO dan Vivo masing-masing menduduki posisi ketiga dan keempat, dengan market share 18 persen dan 9 persen. Merk lokal Advan, berada di tempat kelima, memiliki market share sebesar 6 persen.
OPPO dan Vivo dinilai IDC Indonesia agresif dalam kampanye pemasaran dan menghasilkan margin keuntungan yang menggembirakan untuk mitra kanal pemasaran. Xiaomi, menurut lembaga tersebut, mengandalkan medium di internet untuk kampanye pemasara misalnya melalui flash sale di e-commerce, gim atau mendukung komunitas penggemar.
Melalui kegiatan tersebut, Xiaomi dibicarakan di media sosial.
IDC memprediksi Xiaomi akan terus memakai cara ini sebagai strategi kampanye mereka sehingga kompetitor akan perlu memperhatikan strategi harga.
Menurut IDC, merk lokal akan yang mengalami dampak besar dari strategi Xiaomi ini.
Risky menilai tantangan bagi Xiaomi adalah masalah pasokan untuk model ponsel mereka yang banyak disukai, yang dapat berakibat buruk pada strategi harga dan permintaan pasar.
Harga jual rata-rata (average selling price) untuk OPPO dan Vivo pada kuartal kedua 2018 sebesar 220 dolar (sekitar Rp3,260 juta) sementara Xiaomi 130 dolar (sekitar Rp1,926 juta).
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018