Semarang, (Antara News) - Fitnah dalam politik sangat berbahaya karena begitu kebohongannya terbuka bisa menimbulkan pembunuhan karakter, kata analis politik Teguh Yuwono.

Kendati demikian, kata Teguh Yuwono di Semarang, Kamis petang, kebohongan Ratna Sarumpaet (RS) terkait dengan penganiayaan dirinya oleh orang tak dikenal di Bandung, 21 September lalu, bukan merupakan konspirasi untuk menjatuhkan Pasangan Calon Presiden/Wakil Presiden RI Joko Widodo/Ma'ruf Amin.

Namun, kata Teguh yang juga Ketua Program Magister Ilmu Politik FISIP Universitas Diponegoro Semarang, lebih pada kapasitas tingkat rendah untuk seorang aktivis itu.

Ia memperkirakan kebohongan Ratna Sarumpaet (pada saat itu masih sebagai anggota Badan Pemenangan Nasional Prabowo/Sandiaga) berdampak negatif untuk Prabowo.

Hal itu, lanjut Teguh, menunjukkan orang-orang yang berada di sekitar pasangan Prabowo/Sandiga tidak kredibel. Pasalnya, tidak dapat dipercaya (trustworthy) dan cenderung menyerang tanpa basis fakta.

"Ini juga menunjukkan bahwa perlawanan Prabowo terhadap Jokowi makin berat," katanya.

Adanya pengakuan dari RS bahwa penganiayaan itu tidak benar, menurut Teguh, kepercayaan terhadap tim Prabowo/Sandi bisa menurun. Sebaliknya, menaikkan tingkat elektabilitas pasangan Jokowi/Ma'ruf.

Di sisi lain, Teguh mengatakan, "Untung Polri menunjukkan fakta-fakta yang tidak bisa dibantah oleh Ratna Sarumpaet."
 
Sebelumnya, dalam konferensi pers di rumah Ratna Sarumpaet, Bukit Duri, Jakarta, Rabu (3/10), aktivis hak asasi manusia (HAM) itu mengaku bahwa tidak ada penganiayaan terhadap dirinya.

"Itu hanya cerita khayal entah diberikan oleh 'setan' mana kepada saya dan berkembang seperti itu," katanya.

Selanjutnya, Teguh merasa kasihan terhadap Prabowo jika orang-orang pembuat kabar bohong terus mengelilinginya.

Pewarta: D.Dj. Kliwantoro

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018