Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar-bank di Jakarta pada akhir pekan menguat dipicu sentimen penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Rupiah Jumat sore menguat 22 poin atau 0,16 persen menjadi Rp13.938 per dolar AS dari sebelumnya Rp13.960 per dolar AS.

"Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen, menjadi sentimen positif bagi rupiah. BI bahkan membuka peluang penurunan lagi di masa yang akan datang," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Jumat.

Pemangkasan suku bunga dilakukan BI karena memiliki ruang lebih besar untuk melonggarkan kebijakan, terutama karena terjaganya inflasi dan momentum mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Ruang tersebut dimanfaatkan oleh BI untuk memacu perekonomian lebih kencang, sehingga berdampak positif bagi rupiah.

"Bagaikan mendapat durian runtuh, rupiah mendapat keberuntungan ganda yang datang dari Bank Sentral AS, The Fed dan bank sentral global yang akan menurunkan suku bunga acuan akibat dampak dari perang dagang dan Brexit yang sampai saat ini belum ada kejelasan," ujar Ibrahim.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang diprediksi agresif memangkas suku bunga menjadi pemicu bank sentral lainnya mengikuti jejaknya. The Fed dijadwalkan mengumumkan kebijakan moneter pada 31 Juli 2019 dengan spekulasi pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menguat ke 1,75-2 persen.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat Rp13.939 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.890 per dolar AS hingga Rp13.945 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp13.913 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.976 per dolar AS.


 

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019