Warga Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, berharap pemerintah kabupaten (Pemkab) memberi perhatian khusus kepada desa-desa yang dilanda kekeringan, dengan menyalurkan bantuan air bersih.
Seperti di Desa Pontolo Atas, Kecamatan Kwandang, atau desa di pintu masuk kabupaten tersebut dari wilayah Kabupaten Gorontalo.
Seperti yang diungkap warga Pontolo Atas, Suwirda Mahajani, Sabtu, yang mengaku selama lima bulan ini mereka kesulitan mendapatkan air bersih.
"Sumber air banyak yang kering, akibatnya kami harus antri mengambil air dari mata air satu-satunya di desa itu, berjarak sekitar 1 kilo meter dari rumah saya," ucapnya.
Ia mengaku, puluhan kepala keluarga mengandalkan sumber air yang ditampung di bak penampungan dan dialirkan menggunakan pipa dan selang kecil di pinggir jalan untuk memudahkan warga mengambil air.
Namun, warga harus antri panjang, jika antriannya dimulai pagi hari, air akan habis sekitar pukul 5 sore kemudian bak baru akan terisi keesokan paginya.
"Makanya setiap rumah tangga harus mengantri dua hari sekali agar rumah tangga lainnya bisa kebagian," ujar Suwirda yang mengangkut belasan galon air miliknya berukuran lima hingga sepuluh liter per galon pada saat antrian.
Ia mengaku, tahun sebelumnya atau 2018, pemerintah setempat cukup intensif menyalurkan bantuan air bersih melalui tanki-tanki air. "Namun tahun ini, baru sekali dilakukan sepanjang lima bulan kekeringan melanda wilayah itu," ujarnya.
Itupun, kata dia, Pemda hanya menempatkan tong air untuk menyuplai air ke rumah-rumah penduduk yang ditempatkan di masjid.
"Galon itu sudah diambil lagi, penyaluran air pun tidak dilakukan lagi," katanya.
Ia berharap, Pemda memberi perhatian khusus bagi warga agar mudah mendapatkan bantuan air bersih di musim kemarau ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019
Seperti di Desa Pontolo Atas, Kecamatan Kwandang, atau desa di pintu masuk kabupaten tersebut dari wilayah Kabupaten Gorontalo.
Seperti yang diungkap warga Pontolo Atas, Suwirda Mahajani, Sabtu, yang mengaku selama lima bulan ini mereka kesulitan mendapatkan air bersih.
"Sumber air banyak yang kering, akibatnya kami harus antri mengambil air dari mata air satu-satunya di desa itu, berjarak sekitar 1 kilo meter dari rumah saya," ucapnya.
Ia mengaku, puluhan kepala keluarga mengandalkan sumber air yang ditampung di bak penampungan dan dialirkan menggunakan pipa dan selang kecil di pinggir jalan untuk memudahkan warga mengambil air.
Namun, warga harus antri panjang, jika antriannya dimulai pagi hari, air akan habis sekitar pukul 5 sore kemudian bak baru akan terisi keesokan paginya.
"Makanya setiap rumah tangga harus mengantri dua hari sekali agar rumah tangga lainnya bisa kebagian," ujar Suwirda yang mengangkut belasan galon air miliknya berukuran lima hingga sepuluh liter per galon pada saat antrian.
Ia mengaku, tahun sebelumnya atau 2018, pemerintah setempat cukup intensif menyalurkan bantuan air bersih melalui tanki-tanki air. "Namun tahun ini, baru sekali dilakukan sepanjang lima bulan kekeringan melanda wilayah itu," ujarnya.
Itupun, kata dia, Pemda hanya menempatkan tong air untuk menyuplai air ke rumah-rumah penduduk yang ditempatkan di masjid.
"Galon itu sudah diambil lagi, penyaluran air pun tidak dilakukan lagi," katanya.
Ia berharap, Pemda memberi perhatian khusus bagi warga agar mudah mendapatkan bantuan air bersih di musim kemarau ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019