Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Meski lebih dari 8.000 ekor ayam mati mendadak dan dimusnahkan petugas, namun Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Gorontalo, Sunandar Bokings menyatakan kondisi tersebut belum positif flu burung.

"Memang di media massa sudah tersebar bahwa itu flu burung, tetapi sampai saat ini belum ada analisa lengkap mengenai itu. Kami melakukan penanganan selayaknya flu burung," katanya di Gorontalo, Sabtu.

Menurut dia, dari sampel ayam mati mendadak yang dibedah oleh petugas, ditemukan adanya pembuluh darah yang pecah dan merupakan pertanda adanya pembengkakan jantung ayam.

"Kami menduga ayam-ayam ini mati karena tidak bisa mentolerir suhu panas saat ini di wilayah Gorontalo akibat musim kemarau. Lagipula dalam satu peternakan, tidak semua ayam mati. Sebagian ternak kondisinya sehat," jelasnya.

Untuk memastikan hal itu, pihaknya mendatangkan tim dari Badan Penelitian Ternak (Balitnak) untuk memeriksa sampel yang ada dan sebagian besar merupakan ayam kampung tersebut.

"Setelah keluar hasil pemeriksaan lengkap baru kami bisa memastikan itu flu burung atau penyakit lainnya," ujarnya.

Meski demikian, ia tidak menyayangkan terlanjur beredarnya kabar flu burung tersebut dan berharap masyarakat menjadi lebih waspada akan kesehatannya.

"Mau tidak mau kami harus memusnahkan ayam yang gejalanya seperti flu burung, makanya wajar kalau masyarakat kemudian menganggap ayam mati itu karena flu burung," ucapnya.

Adanya ayam mati mendadak pertama kali ditemukan di Kota Gorontalo dan kini meluas hingga ke Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014