Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Sejumlah pedagang bensin eceran di Kota Gorontalo enggan menaikkan harga jual bahan bakar itu ke warga, dan masih bertahan di sekitar Rp8.000 perliter.

"Walau ada kenaikan resmi dari pemerintah sekitar Rp200/liter sejak 1 Maret lalu, kami tetap menjual dengan Rp8.000/liter," kata seorang pedagang di Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, Hadijah Giu (60), Kamis.

Menurutnya, kalau harga naik turun tentunya membebani pembeli dengan kondisi ekonomi saat ini.

"Kami memilih harganya tetap agar jumlah pembeli tidak berkurang dan bisnis jalan terus," katanya.

Belajar dari pengalaman saat pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk pertama kalinya yang sempat banyak resistensi.

Saat itu, kata dia, pedagang bensin eceran turut menaikkan harga hingga Rp10 ribu per/liter mengakibatkan jumlah pembeli menurun drastis.

"Jika harga terlampau jauh dari harga di SPBU, pembeli tidak akan melirik depot kami," tukasnya.

Pedagang eceran lainnya, Ansar Karim (34) juga tidak menaikkan harga, namun mengurangi sedikit takaran bensin dalam botol.

"Rencana ingin menaikkan harga menjadi Rp8.200, hanya pembeli atau pedagang repot mengurusi kembaliannya. Kecuali harga naik Rp8.500, tapi bagi saya itu kemahalan," ungkapnya.

Munculnya para pedagang bensin eceran setiap tahun semakin bertambah. Meski setiap warga yang memulai bisnis tersebut tidak didata pemerintah, namun penjualan bensin di luar SPBU itu dipastikan akan terus meningkat.

"Berdagang seperti ini keuntungannya cukup menggiurkan. Dalam satu botol bensin, keuntungannya bisa Rp1.500 dan dalam sehari bisa terjual lebih dari 40 botol. Bagi kami pedagang kecil, keuntungan seperti itu lumayan,�" tambah Ansar.

Meski demikian, ia mengaku was-was bila pemerintah akan menertibkan lapak bensin yang berderet di tepi jalan tersebut karena melanggar peraturan yang ada.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015