Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Ratusan pedagang di pasar sentral Kota Gorontalo mengaku penghasilannya menurun sejak beberapa bulan terakhir ini karena persaingan antarpedagang yang semakin ketat.
Koordinator pedagang pasar sentral Kota Gorontalo Yakob Ibrahim mengemukakan, Jumat, ada pedagang yang dalam sehari tidak satupun barang dagangannya terjual.
"Banyak pedagang yang bangkrut, karena dagangan tidak laku sementara setoran di bank setiap bulan harus dibayarkan," kata Yakob seraya menambahkan bahwa sebagian besar pedagang hanya bermodalkan pinjaman di bank.
Penghasilan pedagang yang makin terpuruk tersebut, juga disebabkan menjamurnya pedagang di sejumlah pasar di Kota Gorontalo.
Dia menjelaskan, karena sudah banyak pedagang seperti yang berjualan pakaian dan bahan pokok serta kebutuhan lainnya, yang beraktivitas setiap hari di pasar kecamatan, konsumen tentunya memilih untuk membeli di tempat yang berdekatan dengan rumahnya.
"Kami tidak mampu bersaing lagi dengan pedagang yang beraktivitas pada sejumlah pasar di daerah ini, sebab kualitas barang yang dijual sama dengan yang ada di pasar sentral," kata Yakob.
Mat Alhasni, salah seorang koordinator pedagang pakaian mengemukakan bahwa pedagang memilih untuk tidak beraktivitas di hari tertentu karena sepi pembeli, sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan.
Mat mengatakan, biasanya pendapatan pedagang bisa mencapai Rp500 ribu hingga Rp1 juta setiap hari, namun sejak beberapa bulan terakhir ini hanya berkisar Rp100 ribu hingga Rp250 ribu per hari.
Bahkan ada pedagang yang berpenghasilan tidak cukup Rp100 ribu perhari, sehingga sangat kesulitan untuk menutupi setoran di bank.
"Banyak pedagang sudah beralih profesi, karena jika bertahan dalam usahanya kemungkinan tidak bisa mengatasi setoran tiap bulan untuk bank," kata Mat, namun tidak menyebut secara rinci apa pekerjaan sampingan pedagang yang alih profesi tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015
Koordinator pedagang pasar sentral Kota Gorontalo Yakob Ibrahim mengemukakan, Jumat, ada pedagang yang dalam sehari tidak satupun barang dagangannya terjual.
"Banyak pedagang yang bangkrut, karena dagangan tidak laku sementara setoran di bank setiap bulan harus dibayarkan," kata Yakob seraya menambahkan bahwa sebagian besar pedagang hanya bermodalkan pinjaman di bank.
Penghasilan pedagang yang makin terpuruk tersebut, juga disebabkan menjamurnya pedagang di sejumlah pasar di Kota Gorontalo.
Dia menjelaskan, karena sudah banyak pedagang seperti yang berjualan pakaian dan bahan pokok serta kebutuhan lainnya, yang beraktivitas setiap hari di pasar kecamatan, konsumen tentunya memilih untuk membeli di tempat yang berdekatan dengan rumahnya.
"Kami tidak mampu bersaing lagi dengan pedagang yang beraktivitas pada sejumlah pasar di daerah ini, sebab kualitas barang yang dijual sama dengan yang ada di pasar sentral," kata Yakob.
Mat Alhasni, salah seorang koordinator pedagang pakaian mengemukakan bahwa pedagang memilih untuk tidak beraktivitas di hari tertentu karena sepi pembeli, sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan.
Mat mengatakan, biasanya pendapatan pedagang bisa mencapai Rp500 ribu hingga Rp1 juta setiap hari, namun sejak beberapa bulan terakhir ini hanya berkisar Rp100 ribu hingga Rp250 ribu per hari.
Bahkan ada pedagang yang berpenghasilan tidak cukup Rp100 ribu perhari, sehingga sangat kesulitan untuk menutupi setoran di bank.
"Banyak pedagang sudah beralih profesi, karena jika bertahan dalam usahanya kemungkinan tidak bisa mengatasi setoran tiap bulan untuk bank," kata Mat, namun tidak menyebut secara rinci apa pekerjaan sampingan pedagang yang alih profesi tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015