Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO)- Kain khas Gorontalo, karawo (kerawang), semakin diminati warga baik di daerah sendiri maupun luar daerah, dibuktikan dengan pendapatan penjual bisa capai Rp100 juta per bulan.

Manajer Toko Maharani, salah satu pusat souvenir di Gorontalo, Jumat, mengatakan, keuntungannya besar karena kain karawo diproduksinya sendiri dengan berbagai motif seperti layaknya kain batik di Jawa.

Umumnya kain bermotif khas Gorontalo seperti batik jagung, becak motor (bentor), polohungo dan maleo. Selain itu, kain karawo juga memperkenalkan ciri khas Gorontalo lain melalui motif-motif yang dibuat pada kain batik itu.

"Dengan banyaknya motif itu sehingga minat warga untuk mendapatkan kain karawo itu sangat tinggi, terutama sebagai bahan souvenir keluar daerah," ujarnya.

Dia menambahkan, pengrajin kain karawo kurang lebih 50 orang, yang diarahkan oleh Ida Syahida selaku pendiri Toko Maharani dan juga istri Gubernur Gorontalo Rusli Habibie.

Sementara di Toko Sinar Karawang Kota Gorontalo, Asna, mengatakan kain Karawo telah dijual sejak tahun 1996, dan terus bertahan hingga saat ini karena memang minat warga akan kain khas itu cukup bagus.

Hanya saja Asna mengaku penjualan dulu dengan sekarang mulai berbeda, karena persaingannya sudah cukup banyak sehingga pendapatnnya tidak sebanding dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Kalau dulunya keuntungan dari penjualan kain karawo mencapai Rp200 juta perbulan, sekarang kurang dari Rp100 juta perbulannya," tambahnya.

Toko tersebut melayani juga pemesanan luar daerah dengan menggunakan Blackberry Masangger (BBM) dan peminatnya banyak berasal dari beberapa kota di Jawa, khususnya terbesar Jakarta serta Manado dan Jayapura.

Pewarta: Sariva Yunus

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015