Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut), Provinsi Gorontalo, memberi tantangan kepada kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) setempat, untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) melalui ajang Festival Saronde, yang digelar di Pulau Saronde.

Berapa target PAD yang mampu dihasilkan dari penyelenggaraan event pariwisata tersebut, sebab pemerintah daerah melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tahun anggaran 2020 ini, mengalokasikan sebesar Rp70 juta pada penyelenggaraannya.

"Kira-kira anggaran segitu, akan berdampak balik berapa bagi daerah?" tukas anggota badan anggaran yang juga anggota Komisi II DPRD Kabupaten Gorontalo Utara, Gustam Ismail, di Gorontalo, Jumat, memberi tantangan kepada kepala Disparbud, terkait event pariwisata yang digelar tersebut.

Alokasinya memang tergolong kecil jika dilihat dari sisi angka, namun angka tersebut akan lebih bermanfaat untuk membayar gaji pegawai tidak tetap (PTT) jika penyenggaraan Festival Saronde tidak memberi keuntungan secara signifikan bagi daerah.

"Akan terkesan kegiatan seremonial saja, jika PAD bagi daerah tidak mampu naik," ungkapnya.

DPRD, katanya, mendukung penuh penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan apalagi mendongkrak PAD, namun jika setiap tahun acaranya tidak mampu memberi kontribusi bagi daerah, maka perlu ditinjau ulang.

Apalagi pulau tersebut pengelolaannya ada di pihak investor.

Tentu secara keroyokan oleh Disparbud serta pihak investor dituntut berinovasi menaikan kontribusi positif bagi daerah hasil dari penyelenggaraan ajang yang masuk dalam kalender pariwisata nasional tersebut.

Kegiatan festival Saronde sudah berlangsung lama, kira-kira katanya, berapa PAD yang telah dihasilkan dari kegiatan tersebut.

Jika menargetkan PAD hanya sebesar Rp120 juta, kata Gustam, dengan anggaran tersebut, apakah bisa menopang kemandirian daerah ? "Kondisi ini patut dievaluasi," ucapnya.

Ia berharap, masa pandemi COVID-19 tidak menjadi dalih terhadap ketidakmampuan meningkatkan PAD di sektor pariwisata, baik melalui penyelenggaraan Festival Saronde, pengelolaan objek wisata oleh pihak investor, sebab nyatanya festival dapat berlangsung meski pandemi belum usai.

Di sisi pendapatan, sesuai penjelasan Kadisparbud, data kunjungan ke Pulau Saronde dalam kurun waktu Januari hingga Agustus 2020, mencapai 3.500 orang, yang jika dihitung dari karcis masuk saja atau dikali Rp20 ribu per orang, sudah mencapai Rp70 juta.

Belum lagi pendapatan lainnya, sementara daerah selama kurun waktu tersebut hanya mendapat bagi hasil sebesar Rp5,1 juta.

"Kondisi ini tergolong memprihatinkan dan perlu dievaluasi, apalagi tiga hari penyelenggaraan festival harusnya mampu meraup penghasilan signifikan," ucapnya.

Ia berharap, Disparbud menyeriusi pengelolaan sektor pariwisata yang ada di daerah ini, khususnya dalam pengelolaan Pulau Saronde yang harusnya telah mampu menyumbang PAD signifikan bagi daerah.

Sementara itu, kepala Disparbud Badar Pakaya mengatakan, penyelenggaraan Festival Saronde diyakini berdampak bagi kemajuan ekonomi daerah.

"Dampaknya sangat besar, termasuk dirasakan masyarakat atau pelaku ekonomi dan akan terasa usai penyelenggaraan festival yang menargetkan naiknya minat kunjungan pariwisata di daerah ini," ucapnya. ***
Badan anggaran DPRD Gorontalo Utara, dalam rapat paripurna lanjutan pembahasan APBD Perubahan tahun anggaran 2020. (ANTARA/Susanti Sako)

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2020