Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Meski produksi cabe rawit di Gorontalo surplus, namun dalam beberapa minggu terakhir harga komoditas tersebut naik dai Rp22 ribu menjadi Rp50 ribu per kilogram.

Kenaikan harga tersebut diduga dipicu oleh adanya penjualan cabe produksi Gorontalo ke daerah lain seperti Sulawesi Utara.

" Selain itu kenaikan dipicu kondisi menjelang bulan ramadhan, dimana permintaan cukup tinggi. Biasanya harga cabe naik signifikan pada bulan Oktober, tapi di Gorontalo sudah naik lebih dulu," kata Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Gorontalo, Haris Hadju.

Ia menjelaskan alur distribusi cabe produksi petani Gorontalo biasanya masuk ke Manado, sementara cabe dari Sualwesi Tengah juga masuk ke Gorontalo.

Menurutnya, masuknya petani Sulteng memasok hasil panen cabenya ke Gorontalo karena biaya operasional ke Manado lebih besar.

Ia meminta Dinas Pertanian untuk menjaga agar sebagian besar produksi cabe di daerah tersebut tidak dijual lagi ke Sulut, untuk menjaga kestabilan harga di Gorontalo.

" Jika tidak, maka percuma produksi surplus tapi harga sering naik. Masyarakat Gorontalo tidak bisa menikmatinya," tukasnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Provinsi Gorontalo Mulyadi Mario mengatakan produksi cabe di daerah itu mencapai 12.750 ton per tahun, sedangkan konsumsi masyarakat hanya 5.500 ton.

Ia menambahkan, tahun ini pihaknya melakukan intervensi produksi dengan menambah areal tanam sebesar 350 hektare, yang diprediksi akan menghasilkan sekitar 2.000 ton cabe.

"Yang perlu diwaspadai adalah November hingga Januari karena harga biasanya naik. Itu dipicu oleh musim kemarau hingga September, sehingga produksi berkurang," ujarnya.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015