Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Penjual lampu botol bekas dengan menggunakan minyak tanah, mulai ramai atau menjamur di sejumlah ruas jalan maupun pasar tradisional di Kota Gorontalo, seiring menyambut tradisi "Tumbilotohe" atau tiga hari jelang Idul Fitri.

Lampu botol minyak tanah yang didaur ulang dari botol bekas minuman berenergi ini, digunakan untuk menyambut tradisi "Tumbilotohe" atau malam pasang lampu tiga hari sebelum Idul Fitri di Gorontalo, yang cukup mengundang wisatawan.

Rita (39), seorang penjual lampu botol minyak di jalan Sam Ratulangi, Selasa, mengatakan, selalu menjual lampu botol menjelang Tumbilotohe selama 10 tahun terakhir.

"Walaupun masih sedikit pembeli karena perayaan Tumbilotohe masih jauh, tapi saya sudah membuka lapak agar lebih lama waktu penjualan lampu botol, pada saat sekarang saya menjual sekitar 50 botol perhari," katanya.

Biasanya pada H-3 hingga H-1 menyambut tradisi Tumbilotuhe, saya bisa menjual hingga 900 botol perhari," kata Rita.

Hal yang sama dikatakan Astuti, salah seorang remaja penjual lampu botol, saat sekarang penjualan lampu botol masih belum terlalu ramai hingga beberapa hari menjelang tumbilotohe.

Lampu botol minyak dan sumbu ini, dijual dengan dua variasi harga, yaitu Rp1.000 perbotol dengan tutup asli dan Rp2.000 per empat botol dengan tutup botol yang terbuat dari plat seng, Sumbu dijual Rp5.000 untuk 10 botol dengan tutup botol asli dan Rp7.500 untuk 10 botol dengan tutup plat seng.

Setiap tahun perayaan Tumbilotohe selalu ramai dan dapat menjadi iven wisata budaya di Provinsi Gorontalo.

Fadly, salah satu warga mengaku kesulitan untuk ikut perayaan tumbilotohe karena kesulitan mendapatkan bahan bakar seperti minyak tanah.

"Yang membuat tradisi tumbilotohe semakin sedikit, karena minyak tanah yang sulit dicari. Semoga pemda bisa menyiapkannya," ujarnya.

Pewarta: Sariva Yunus

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015