Pegiat lingkungan dari Jaring Advokasi Pengelolaan Sumberdaya Alam (Japesda) menggelar aksi bersih-bersih sampah plastik di wilayah perairan yang menjadi habitat hiu paus di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Minggu.
Kegiatan bersih-bersih sampah plastik untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia itu dilakukan di kawasan pantai hingga kedalaman laut.
Pegiat lingkungan, akademisi, penyelam, mahasiswa, anggota kelompok sadar wisata, dan warga setempat yang terlibat dalam kegiatan itu berhasil mengumpulkan sampah plastik sebanyak 12 kantong di kawasan pantai dan sampah sebanyak tiga kantong besar dari laut.
Gusnar Ismail, penyelam yang terlibat dalam aksi bersih-bersih habitat hiu paus, mengatakan bahwa tidak semua sampah plastik yang ditemukan di dalam laut memungkinkan untuk diangkat.
“Ada sampah yang kami temukan dan diangkat dari terumbu karang hidup. Tentu saja ini mengancam terumbu karang maupun biota-biota laut lainnya, termasuk hiu paus yang menjadi andalan pariwisata Gorontalo,” katanya.
Direktur Japesda Nurain Lapolo mengatakan bahwa membersihkan pantai dan laut dari sampah plastik yang mengancam kelestarian alam merupakan tanggung jawab bersama.
“Kami sudah banyak melakukan kegiatan, termasuk kampanye tentang bahaya plastik ini. Perlu kolaborasi yang lebih besar dan lebih luas lagi agar laut benar-benar tidak lagi menjadi tempat sampah raksasa,” katanya.
Japesda mengajak warga dan wisatawan di daerah wisata hiu paus Botubarani tidak mengotori pantai dan laut dengan sampah plastik.
“Jangan menyuapi hiu paus atau biota-biota laut lainnya dengan sampah plastik kita," kata Nurain.
Ia mengutip data yang menunjukkan bahwa Indonesia yang populasi kawasan pesisirnya sekitar 187,2 juta jiwa setiap tahun menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik dan sekitar 0,48 juta ton sampai 1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.
"Banyak penelitian atau temuan yang menyebut bahwa laut kita dewasa ini telah menjadi tempat sampah raksasa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021
Kegiatan bersih-bersih sampah plastik untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia itu dilakukan di kawasan pantai hingga kedalaman laut.
Pegiat lingkungan, akademisi, penyelam, mahasiswa, anggota kelompok sadar wisata, dan warga setempat yang terlibat dalam kegiatan itu berhasil mengumpulkan sampah plastik sebanyak 12 kantong di kawasan pantai dan sampah sebanyak tiga kantong besar dari laut.
Gusnar Ismail, penyelam yang terlibat dalam aksi bersih-bersih habitat hiu paus, mengatakan bahwa tidak semua sampah plastik yang ditemukan di dalam laut memungkinkan untuk diangkat.
“Ada sampah yang kami temukan dan diangkat dari terumbu karang hidup. Tentu saja ini mengancam terumbu karang maupun biota-biota laut lainnya, termasuk hiu paus yang menjadi andalan pariwisata Gorontalo,” katanya.
Direktur Japesda Nurain Lapolo mengatakan bahwa membersihkan pantai dan laut dari sampah plastik yang mengancam kelestarian alam merupakan tanggung jawab bersama.
“Kami sudah banyak melakukan kegiatan, termasuk kampanye tentang bahaya plastik ini. Perlu kolaborasi yang lebih besar dan lebih luas lagi agar laut benar-benar tidak lagi menjadi tempat sampah raksasa,” katanya.
Japesda mengajak warga dan wisatawan di daerah wisata hiu paus Botubarani tidak mengotori pantai dan laut dengan sampah plastik.
“Jangan menyuapi hiu paus atau biota-biota laut lainnya dengan sampah plastik kita," kata Nurain.
Ia mengutip data yang menunjukkan bahwa Indonesia yang populasi kawasan pesisirnya sekitar 187,2 juta jiwa setiap tahun menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik dan sekitar 0,48 juta ton sampai 1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan.
"Banyak penelitian atau temuan yang menyebut bahwa laut kita dewasa ini telah menjadi tempat sampah raksasa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021