Perajin kopra di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, tetap menjaga produksi komoditas tersebut meski harga anjlok mencapai Rp1.200 per kilo gram.

"Kami tetap menjaga produksi sebab panen buah kelapa yang dihasilkan harus diolah agar dapat menghasilkan pendapatan," kata Rikson Paudi, perajin kopra di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Tomilito, di Gorontalo, Ahad.

Ia bersama isterinya tetap bersemangat melakoni aktivitas mencari nafkah tersebut.

"Kami masih optimistis harga kopra dapat segera berpihak kepada petani maupun perajin," katanya.

Di tingkat perajin, harga kopra dibeli pengumpul senilai Rp1,2 juta per 100 kilo gram. Biasanya dia mengantarkan ke tempat pengumpul, jadi penghasilannya akan dibagi dengan pemilik kebun kelapa dan biaya transportasi.

Rikson mengatakan dalam seribu butir kelapa yang dikupas dan diasapi di lokasi pengasapan, ia mendapatkan penghasilan sebesar Rp150 ribu.

Pendapatan senilai itu katanya lagi, sudah bertahan sekitar 1 tahun terakhir, namun tetap dilakoninya agar dapur bisa mengepul.

"Saya dan isteri sudah belasan tahun menjadi perajin kopra, namun bukan sebagai pemilik kebun kelapa," katanya.

Ia berharap pemerintah daerah memberi perhatian khusus bagi petani kelapa dan perajin kopra khususnya harga komoditas itu, agar bisa naik dan menguntungkan.

Ia pun berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah baik berupa lahan produksi kelapa maupun bibit ataupun bantuan alat pengasapan atau pengeringan untuk pembuatan kopra.

"Saya berharap, kami bisa menikmati keuntungan lebih dari aktivitas ini," ujarnya.*

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021