London, (ANTARAGORONTALO) - Perutusan Tetap Republik Indonesia di Wina (PTRI Wina), Selasa, meluncurkan Regional Capacity Building Initiative (RCBI) untuk mendukung pengembangan kapasitas iptek nuklir negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Peluncuran program tersebut dilakukan dalam pertemuan dengan negara-negara kontributor program Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dalam pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai dan pembangunan (Peaceful Uses Initiative/PUI), kata Korfung Pensosbud/Protkons KBRI/PTRI Wina Dody Kusumonegoro kepada Antara London, Selasa.
Pertemuan yang berlangsung di Vienna International Center, Wina, Austria, itu, kata Dody Kusumonegoro, dihadiri representatif dari Badan Tenaga Atom Internasional.
Regional Capacity Building Initiative ditargetkan menjadi platform kerja sama pengembangan kapasitas regional dalam riset, pendidikan, dan pelatihan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nuklir.
Pada saat peluncuran yang dihadiri representatif badan tenaga nuklir internasional yang bermarkas di Wina, Wakil Kepala Perwakilan RI Febrian A. Ruddyard berharap RCBI mampu menjadi insentif bagi negara anggota IAEA mewujudkan komitmen terhadap upaya nonproliferasi dan perlucutan senjata nuklir.
Kesuksesan program tersebut akan mengukuhkan leadership Indonesia dalam mendorong pemanfaatan nuklir hanya untuk tujuan damai sekaligus memosisikan lembaga iptek nuklir nasional sebagai hub perkembangan teknologi nuklir di kawasan Asia Pasifik.
Melalui skema RCBI, Indonesia memberikan kesempatan bagi negara-negara berkembang di kawasan Asia Pasifik untuk belajar langsung dari pakar-pakar nuklir Indonesia.
Program pelatihan, kata dia, akan didesain secara terstruktur dan sistematis dengan tetap memperhatikan kebutuhan spesifik masing-masing negara peserta.
Pelatihan akan diselenggarakan secara bertingkat, mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga advance. Dalam pelatihan ini, peserta akan diberikan sertifikat kompetensi yang terakreditasi.
BATAN akan menyediakan fasilitas riset dan pelatihan di pusat-pusat riset milik badan tersebut.
Tingkat penguasaan teknologi nuklir Indonesia saat ini memperoleh pengakuan dari kalangan internasional, khususnya IAEA sebagai organisasi internasional di bidang nuklir.
Sejak 2012, Indonesia berkontribusi dalam program kerja sama teknik IAEA di bawah skema Peaceful Uses Initiative melalui pemberian pelatihan SDM dan riset bagi negara di kawasan Asia dan Afrika.
Pada tahun 2014, Indonesia meraih penghargaan Outstanding Achievement Award dari IAEA dan ILO untuk keberhasilan dalam mengaplikasikan teknologi nuklir di bidang pemuliaan tanaman (mutation breeding).
Dengan adanya platform RCBI, lanjut dia, bantuan teknis Indonesia tidak hanya mampu menjangkau negara-negara di kawasan Asia dan Afrika, tetapi juga negara-negara Pasifik yang baru bergabung dengan IAEA.
Atase Ilmu Pengetahuan PTRI Wina Syahril menjelaskan bahwa teknologi nuklir di Indonesia tidak terbatas sebagai pembangkit listrik, tetapi hasil teknologi nuklir Indonesia tersebut juga dinikmati para pelaku bisnis, khususnya industri pertanian, pangan, kesehatan, dan manufaktur.
Penggunaan iptek nuklir di bidang pertanian melalui pemuliaan tanaman memungkinkan petani untuk mendapatkan varietas unggul padi, kedelai dan gandum dengan tingkat produktivitas yang jauh lebih tinggi dan tahan hama.
Ia berharap penggunaan varietas unggul tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas produksi nasional sekaligus menekan tingkat ketergantungan pada impor pangan.
Regional Capacity Building Initiative akan menjadi "flagship" PUI program bagi kawasan Asia Pasifik. Dukungan IAEA dan negara-negara anggota IAEA, khususnya dari kelompok negara maju menunjukkan pengakuan dan kepercayaan atas penguasan teknologi nuklir yang dicapai Indonesia.
Dijadwalkan dalam waktu dekat pertemuan lanjutan akan digelar guna membahas teknis penyelenggaraan dengan melibatkan negara-negara donor, IAEA, dan negara-negara target penerima bantuan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015
Peluncuran program tersebut dilakukan dalam pertemuan dengan negara-negara kontributor program Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dalam pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai dan pembangunan (Peaceful Uses Initiative/PUI), kata Korfung Pensosbud/Protkons KBRI/PTRI Wina Dody Kusumonegoro kepada Antara London, Selasa.
Pertemuan yang berlangsung di Vienna International Center, Wina, Austria, itu, kata Dody Kusumonegoro, dihadiri representatif dari Badan Tenaga Atom Internasional.
Regional Capacity Building Initiative ditargetkan menjadi platform kerja sama pengembangan kapasitas regional dalam riset, pendidikan, dan pelatihan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nuklir.
Pada saat peluncuran yang dihadiri representatif badan tenaga nuklir internasional yang bermarkas di Wina, Wakil Kepala Perwakilan RI Febrian A. Ruddyard berharap RCBI mampu menjadi insentif bagi negara anggota IAEA mewujudkan komitmen terhadap upaya nonproliferasi dan perlucutan senjata nuklir.
Kesuksesan program tersebut akan mengukuhkan leadership Indonesia dalam mendorong pemanfaatan nuklir hanya untuk tujuan damai sekaligus memosisikan lembaga iptek nuklir nasional sebagai hub perkembangan teknologi nuklir di kawasan Asia Pasifik.
Melalui skema RCBI, Indonesia memberikan kesempatan bagi negara-negara berkembang di kawasan Asia Pasifik untuk belajar langsung dari pakar-pakar nuklir Indonesia.
Program pelatihan, kata dia, akan didesain secara terstruktur dan sistematis dengan tetap memperhatikan kebutuhan spesifik masing-masing negara peserta.
Pelatihan akan diselenggarakan secara bertingkat, mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga advance. Dalam pelatihan ini, peserta akan diberikan sertifikat kompetensi yang terakreditasi.
BATAN akan menyediakan fasilitas riset dan pelatihan di pusat-pusat riset milik badan tersebut.
Tingkat penguasaan teknologi nuklir Indonesia saat ini memperoleh pengakuan dari kalangan internasional, khususnya IAEA sebagai organisasi internasional di bidang nuklir.
Sejak 2012, Indonesia berkontribusi dalam program kerja sama teknik IAEA di bawah skema Peaceful Uses Initiative melalui pemberian pelatihan SDM dan riset bagi negara di kawasan Asia dan Afrika.
Pada tahun 2014, Indonesia meraih penghargaan Outstanding Achievement Award dari IAEA dan ILO untuk keberhasilan dalam mengaplikasikan teknologi nuklir di bidang pemuliaan tanaman (mutation breeding).
Dengan adanya platform RCBI, lanjut dia, bantuan teknis Indonesia tidak hanya mampu menjangkau negara-negara di kawasan Asia dan Afrika, tetapi juga negara-negara Pasifik yang baru bergabung dengan IAEA.
Atase Ilmu Pengetahuan PTRI Wina Syahril menjelaskan bahwa teknologi nuklir di Indonesia tidak terbatas sebagai pembangkit listrik, tetapi hasil teknologi nuklir Indonesia tersebut juga dinikmati para pelaku bisnis, khususnya industri pertanian, pangan, kesehatan, dan manufaktur.
Penggunaan iptek nuklir di bidang pertanian melalui pemuliaan tanaman memungkinkan petani untuk mendapatkan varietas unggul padi, kedelai dan gandum dengan tingkat produktivitas yang jauh lebih tinggi dan tahan hama.
Ia berharap penggunaan varietas unggul tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas produksi nasional sekaligus menekan tingkat ketergantungan pada impor pangan.
Regional Capacity Building Initiative akan menjadi "flagship" PUI program bagi kawasan Asia Pasifik. Dukungan IAEA dan negara-negara anggota IAEA, khususnya dari kelompok negara maju menunjukkan pengakuan dan kepercayaan atas penguasan teknologi nuklir yang dicapai Indonesia.
Dijadwalkan dalam waktu dekat pertemuan lanjutan akan digelar guna membahas teknis penyelenggaraan dengan melibatkan negara-negara donor, IAEA, dan negara-negara target penerima bantuan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015