Penembakan massal pada Minggu (3/4) dini hari yang menewaskan enam orang dan melukai 12 lainnya dilakukan oleh lebih dari seorang pelaku, kata kepolisian Sacramento, California, AS.
Kepala polisi Kathy Lester tidak memberikan informasi tentang tersangka atau motif penembakan.
Insiden itu terjadi ketika bar-bar mulai tutup dan pengunjungnya memenuhi jalan-jalan.
"Kami tahu sebuah perkelahian besar terjadi sebelum penembakan, dan kami telah memastikan ada beberapa pelaku penembakan," kata Lester dalam jumpa pers Minggu petang.
Lester mengatakan ada tiga pria dan tiga wanita yang tewas dalam insiden itu, namun dia tidak menyebutkan identitas para korban.
Penembakan terjadi sekitar pukul 02.00 waktu setempat (16.00 WIB) di dekat Golden 1 Center, arena yang menjadi tempat tim basket Sacramento Kings bermain dan konser musik digelar.
Polisi mengatakan lewat pernyataan bahwa mereka telah menemukan "sedikitnya" satu pucuk pistol di tempat kejadian dan telah menemukan 12 korban "dengan beragam tingkatan luka-luka".
Sejumlah blok dijaga ketat oleh petugas dan dipasangi kerucut plastik biru dan merah yang menandai bukti.
Warga berkumpul di luar garis polisi untuk mencari kabar tentang kerabat mereka yang hilang.
Pamela Harris, salah seorang warga, mengatakan puterinya menelepon pada 02.15 untuk mengabarkan bahwa Sergio, puteranya yang berusia 38 tahun, tertembak dan tewas di luar sebuah klub malam.
"Saya tak bisa meninggalkan tempat ini sampai tahu apa yang terjadi. Saya tak akan pergi. Rasanya seperti mimpi," kata Harris.
Pegiat masyarakat Berry Accius mengatakan dia langsung mendatangi lokasi setelah mendengar penembakan.
"Pertama yang saya lihat adalah seorang wanita berlumuran darah… Dia sedang menelepon sambil mengatakan 'Saudariku tewas! Saudariku tewas!'" kata Accius yang aktif di Voice of the Youth, program kepemimpinan yang fokus pada pencegahan kekerasan bersenjata.
Peristiwa itu terjadi di sebuah kawasan yang baru saja direvitalisasi menjadi pusat hiburan, hanya beberapa blok dari gedung kapitol negara bagian. Kawasan itu telah dipadati pengunjung sejak pekan lalu setelah aturan masker COVID-19 dicabut.
"Jumlah korban tewas dan luka-luka sulit dipahami. Kami menunggu informasi selanjutnya tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam insiden tragis ini," kata Wali Kota Darrell Steinberg di Twitter.
"Meningkatnya kekerasan senjata adalah momok bagi kota, negara bagian dan negara kita, dan saya mendukung semua tindakan untuk menguranginya."
Insiden itu terjadi sebulan setelah seorang pria menembak dan menewaskan tiga anaknya dan seorang lainnya sebelum bunuh diri di kota yang sama.
Dalam insiden lain semalam di Dallas, Texas, seorang pria terbunuh dan 11 lainnya terluka setelah seseorang menembak ke arah kerumunan di sebuah konser, kata kepolisian Dallas. Peristiwa itu sedang diselidiki.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022
Kepala polisi Kathy Lester tidak memberikan informasi tentang tersangka atau motif penembakan.
Insiden itu terjadi ketika bar-bar mulai tutup dan pengunjungnya memenuhi jalan-jalan.
"Kami tahu sebuah perkelahian besar terjadi sebelum penembakan, dan kami telah memastikan ada beberapa pelaku penembakan," kata Lester dalam jumpa pers Minggu petang.
Lester mengatakan ada tiga pria dan tiga wanita yang tewas dalam insiden itu, namun dia tidak menyebutkan identitas para korban.
Penembakan terjadi sekitar pukul 02.00 waktu setempat (16.00 WIB) di dekat Golden 1 Center, arena yang menjadi tempat tim basket Sacramento Kings bermain dan konser musik digelar.
Polisi mengatakan lewat pernyataan bahwa mereka telah menemukan "sedikitnya" satu pucuk pistol di tempat kejadian dan telah menemukan 12 korban "dengan beragam tingkatan luka-luka".
Sejumlah blok dijaga ketat oleh petugas dan dipasangi kerucut plastik biru dan merah yang menandai bukti.
Warga berkumpul di luar garis polisi untuk mencari kabar tentang kerabat mereka yang hilang.
Pamela Harris, salah seorang warga, mengatakan puterinya menelepon pada 02.15 untuk mengabarkan bahwa Sergio, puteranya yang berusia 38 tahun, tertembak dan tewas di luar sebuah klub malam.
"Saya tak bisa meninggalkan tempat ini sampai tahu apa yang terjadi. Saya tak akan pergi. Rasanya seperti mimpi," kata Harris.
Pegiat masyarakat Berry Accius mengatakan dia langsung mendatangi lokasi setelah mendengar penembakan.
"Pertama yang saya lihat adalah seorang wanita berlumuran darah… Dia sedang menelepon sambil mengatakan 'Saudariku tewas! Saudariku tewas!'" kata Accius yang aktif di Voice of the Youth, program kepemimpinan yang fokus pada pencegahan kekerasan bersenjata.
Peristiwa itu terjadi di sebuah kawasan yang baru saja direvitalisasi menjadi pusat hiburan, hanya beberapa blok dari gedung kapitol negara bagian. Kawasan itu telah dipadati pengunjung sejak pekan lalu setelah aturan masker COVID-19 dicabut.
"Jumlah korban tewas dan luka-luka sulit dipahami. Kami menunggu informasi selanjutnya tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam insiden tragis ini," kata Wali Kota Darrell Steinberg di Twitter.
"Meningkatnya kekerasan senjata adalah momok bagi kota, negara bagian dan negara kita, dan saya mendukung semua tindakan untuk menguranginya."
Insiden itu terjadi sebulan setelah seorang pria menembak dan menewaskan tiga anaknya dan seorang lainnya sebelum bunuh diri di kota yang sama.
Dalam insiden lain semalam di Dallas, Texas, seorang pria terbunuh dan 11 lainnya terluka setelah seseorang menembak ke arah kerumunan di sebuah konser, kata kepolisian Dallas. Peristiwa itu sedang diselidiki.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022