Warga di Kota dan Kabupaten Gorontalo mulai bersiap melaksanakan tradisi Tumbilotohe berupa malam pemasangan lampu sebelum Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah.
Selain di halaman rumah masing-masing, warga mulai menghiasi tepi jalan dan tanah lapang di Kota dan Kabupaten Gorontalo dengan deretan "lampu botol" (lampu minyak) dan lampu listrik.
Salah seorang warga Kota Gorontalo, Aisyiah, di Gorontalo, Kamis, mengaku sejak beberapa hari terakhir mempersiapkan berbagai bahan untuk melaksanakan tradisi tahunan menjelang Lebaran tersebut.
"Saya sudah membeli 'lampu botol', sumbu, dan juga minyak tanah untuk Tumbilotohe," ujarnya.
Walaupun saat ini harga minyak tanah untuk bahan bakar "lampu botol" cukup tinggi, kata dia, hal tersebut tidak menyurutkan niat menjalani tradisi Tumbilotohe.
"Sekarang minyak tanah dijual Rp35 ribu untuk ukuran 1,5 liter di pedagang, tapi tidak masalah, tradisi ini selalu kami lakukan jelang Lebaran," ungkap dia.
Seorang warga setempat lainnya, M. Rizal, mengaku antusias menyambut tradisi Tumbilotohe pada tahun ini, karena sudah dua tahun terakhir perayaan malam pasang lampu kurang meriah terkait dampak pandemi COVID-19.
"Tahun ini sepertinya akan kembali meriah, karena sudah dua tahun dilakukan dengan terbatas karena pandemi COVID-19," kata dia.
Ia berharap, kemeriahan suasana tradisi itu dapat kembali dirasakan warga pada tahun ini, dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah.
Sebelumnya, Wali Kota Gorontalo Marten Taha mengizinkan warga melakukan perayaan tradisi Tumbilotohe atau malam pasang lampu dengan syarat tidak menimbulkan kerumunan banyak orang karena masih dalam masa pandemi COVID-19.
Ia menjelaskan tradisi Tumbilotohe yang digelar tiga hari sebelum Lebaran itu selalu marak dengan kegiatan menyalakan lampu minyak, obor, hingga lampu listrik di berbagai tempat serta hampir di setiap rumah.
"Silakan melakukan kegiatan, tapi harus menghindari acara seremonial yang mengakibatkan adanya kerumunan," ujarnya.
Marten Taha mempersilakan masyarakat yang ingin menyalakan lampu di kantor, rumah, dan jalan atau tempat keramaian agar bisa disaksikan beragam lampu yang ditampilkan.
Akan tetapi, ia melarang pelaksanaan kegiatan yang terpusat di satu tempat dan mengundang banyak orang, sehingga mengakibatkan kerumunan yang tidak terkendali.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022
Selain di halaman rumah masing-masing, warga mulai menghiasi tepi jalan dan tanah lapang di Kota dan Kabupaten Gorontalo dengan deretan "lampu botol" (lampu minyak) dan lampu listrik.
Salah seorang warga Kota Gorontalo, Aisyiah, di Gorontalo, Kamis, mengaku sejak beberapa hari terakhir mempersiapkan berbagai bahan untuk melaksanakan tradisi tahunan menjelang Lebaran tersebut.
"Saya sudah membeli 'lampu botol', sumbu, dan juga minyak tanah untuk Tumbilotohe," ujarnya.
Walaupun saat ini harga minyak tanah untuk bahan bakar "lampu botol" cukup tinggi, kata dia, hal tersebut tidak menyurutkan niat menjalani tradisi Tumbilotohe.
"Sekarang minyak tanah dijual Rp35 ribu untuk ukuran 1,5 liter di pedagang, tapi tidak masalah, tradisi ini selalu kami lakukan jelang Lebaran," ungkap dia.
Seorang warga setempat lainnya, M. Rizal, mengaku antusias menyambut tradisi Tumbilotohe pada tahun ini, karena sudah dua tahun terakhir perayaan malam pasang lampu kurang meriah terkait dampak pandemi COVID-19.
"Tahun ini sepertinya akan kembali meriah, karena sudah dua tahun dilakukan dengan terbatas karena pandemi COVID-19," kata dia.
Ia berharap, kemeriahan suasana tradisi itu dapat kembali dirasakan warga pada tahun ini, dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah.
Sebelumnya, Wali Kota Gorontalo Marten Taha mengizinkan warga melakukan perayaan tradisi Tumbilotohe atau malam pasang lampu dengan syarat tidak menimbulkan kerumunan banyak orang karena masih dalam masa pandemi COVID-19.
Ia menjelaskan tradisi Tumbilotohe yang digelar tiga hari sebelum Lebaran itu selalu marak dengan kegiatan menyalakan lampu minyak, obor, hingga lampu listrik di berbagai tempat serta hampir di setiap rumah.
"Silakan melakukan kegiatan, tapi harus menghindari acara seremonial yang mengakibatkan adanya kerumunan," ujarnya.
Marten Taha mempersilakan masyarakat yang ingin menyalakan lampu di kantor, rumah, dan jalan atau tempat keramaian agar bisa disaksikan beragam lampu yang ditampilkan.
Akan tetapi, ia melarang pelaksanaan kegiatan yang terpusat di satu tempat dan mengundang banyak orang, sehingga mengakibatkan kerumunan yang tidak terkendali.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022