Palu (ANTARA GORONTALO) - Tiga orang perempuan bergabung bersama kelompok
sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso di
Poso, kata Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Kapolda Sulteng)
Brigjen Pol. Idham Aziz.
"Tiga perempuan itu adalah istri dari Santoso, Basri, dan Ali Kalora," ujarnya kepada wartawan di Palu.
Menurut dia, tiga perempuan tersebut para janda berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Polda Sulteng mengumumkan bahwa tiga perempuan tersebut bernama julukan Umi Fadel, Umi Mujahid dan Umi Delima.
Idham menerangkan, mereka masuk ke wilayah Sulteng, kemudian bergabung bersama Kelompok Santoso untuk membalaskan dendam mantan suami mereka terdahulu yang meninggal dunia.
"Berdasarkan data intelijen, tiga perempuan itu berasal dari Bima. Mereka tidak mau turun dari Poso dan ingin bersama-sama suaminya saat ini. Kata mereka, lebih baik mati sahid mendampingi suami-suaminya di sana," ungkapnya.
Polda Sulteng belum bisa memastikan tiga perempuan tersebut masuk melalui jalur mana hingga akhirnya bisa bergabung bersama Kelompok Santoso.
"Wilayah pergerakan mereka ada di dalam kawasan hutan seluas sekitar 2.400 kilometer persegi, sehingga ada banyak jalan untuk masuk," ujarnya.
Walaupun demikian, Polda Sulteng memastikan kalau mereka tidak bisa keluar jauh meninggalkan Poso dan hanya bisa beraktivitas di hutan pegunungan setempat.
Hal tersebut dikarenakan posisi mereka semakin terjepit, logistik semakin kurang dan personel keamanan terus mengepung, demikian Brigjen Pol. Idham Aziz.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016
"Tiga perempuan itu adalah istri dari Santoso, Basri, dan Ali Kalora," ujarnya kepada wartawan di Palu.
Menurut dia, tiga perempuan tersebut para janda berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Polda Sulteng mengumumkan bahwa tiga perempuan tersebut bernama julukan Umi Fadel, Umi Mujahid dan Umi Delima.
Idham menerangkan, mereka masuk ke wilayah Sulteng, kemudian bergabung bersama Kelompok Santoso untuk membalaskan dendam mantan suami mereka terdahulu yang meninggal dunia.
"Berdasarkan data intelijen, tiga perempuan itu berasal dari Bima. Mereka tidak mau turun dari Poso dan ingin bersama-sama suaminya saat ini. Kata mereka, lebih baik mati sahid mendampingi suami-suaminya di sana," ungkapnya.
Polda Sulteng belum bisa memastikan tiga perempuan tersebut masuk melalui jalur mana hingga akhirnya bisa bergabung bersama Kelompok Santoso.
"Wilayah pergerakan mereka ada di dalam kawasan hutan seluas sekitar 2.400 kilometer persegi, sehingga ada banyak jalan untuk masuk," ujarnya.
Walaupun demikian, Polda Sulteng memastikan kalau mereka tidak bisa keluar jauh meninggalkan Poso dan hanya bisa beraktivitas di hutan pegunungan setempat.
Hal tersebut dikarenakan posisi mereka semakin terjepit, logistik semakin kurang dan personel keamanan terus mengepung, demikian Brigjen Pol. Idham Aziz.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016