LKBN ANTARA Biro Kalimantan Barat turut berperan dalam sosialisasi gerakan anti hoaks politik menjelang Pemilu 2024 lewat pendekatan budaya, bersama Cek Fakta, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), dan Google News Initiative.

"Menjelang tahun politik pada Pemilu 2024 mendatang dipastikan akan banyak informasi palsu yang beredar di tengah masyarakat. Informasi bohong atau hoaks masih berseliweran di media sosial, di mana hal ini dianggap berbahaya bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Kepala Biro ANTARA Kalimantan Barat Evy Ratnawati di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa.

Sosialisasi gerakan anti hoaks itu menggunakan pendekatan budaya pada sejumlah materi, sebagai upaya melestarikan budaya sekaligus memberikan pendidikan literasi yang baik kepada masyarakat Kalimantan Barat.

"Sosialisasi ini juga menjadi tanggung jawab dari LKBN ANTARA sebagai salah satu media pemenang Fellowship Pre-bunking, yang dilaksanakan AMSI bekerjasama dengan Cek Fakta, AJI, dan Google News Initiative pada November 2022 lalu," jelasnya.

Pre-bunking merupakan metode pencegahan sebelum hoaks muncul. Polanya ialah dengan menganalisa setiap peristiwa berpotensi melahirkan hoaks. Untuk meminimalkan hoaks itu bertebaran, masyarakat sebaiknya mendapat edukasi agar mewaspadai kemungkinan hoaks dari peristiwa tersebut.

Dalam materi anti hoaks menjelang Pemilu 2024 tersebut, Evi menjelaskan ANTARA Biro Kalimantan Barat mengemas sejumlah materi melalui pendekatan budaya, seperti dalam bentuk drama anti hoaks yang mengangkat kehidupan masyarakat di tepian Sungai Kapuas.

Kemudian, materi sosialisasi anti hoaks yang disampaikan ada dalam bentuk pantun berdendang (tundang), yang merupakan salah satu budaya masyarakat Melayu di Kalimantan Barat. Selain itu, ada pula Pembacaan Syair Gulung yang menjadi ciri khas dari masyarakat Melayu Ketapang.

"Kami juga mengemas materi anti hoaks jelang Pemilu 2024 ini dengan beberapa e-flyer yang kami arahkan untuk memberikan informasi pencegahan pemberitaan hoaks," tambahnya.

Menjelang Pemilu Serentak 2024, Evy mengatakan berbagai isu politik akan masif beredar di tengah masyarakat yang berpotensi dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk menyebar hoaks.

"Salah satunya dengan menyebarkan informasi mengandung isu menyesatkan, yang sengaja menggiring opini dengan informasi seolah-olah benar. Faktanya, itu ternyata berita bohong. Pada umumnya, saat ini hoaks sudah beredar atau merajalela di Indonesia, apalagi mulai banyak akun palsu di media sosial yang melakukan penyebaran itu," jelasnya.

Dia berharap masyarakat Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat, bisa melakukan pencegahan sejak dini dari penyebaran hoaks tersebut. Caranya ialah dengan melakukan pengecekan dari suatu informasi yang beredar di tengah masyarakat, khususnya informasi atau berita dengan judul provokatif.

"Berita hoaks sering kali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Kemudian, masyarakat juga harus benar-benar mencermati alamat situs dari berita yang disebarkan itu, apakah medianya kredibel atau tidak," tuturnya.

Untuk mengecek informasi hoaks, masyarakat juga bisa melakukan periksa fakta sederhana dengan melakukan pengecekan keaslian suatu foto atau video dengan menggunakan Google Image atau melakukan penelusuran melalui Google Search.

"Atau lebih mudahnya bisa melakukan pengecekan melalui laman cekfakta.com atau bisa juga melalui laman www.kominfo.go.id. Selain itu, sejumlah media termasuk ANTARA juga memiliki laman Cek Fakta, sehingga masyarakat bisa melakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum men-share informasi yang beredar di media sosial," ujar Evy.




 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: ANTARA sosialisasikan anti hoaks lewat pendekatan budaya

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023