Harga telur ayam di Gorontalo, mengalami kenaikan sejak tiga hari terakhir. Tertinggi di kisaran Rp1.650 hingga Rp1.700 per butir di tingkat peternak, di tingkat pedagang pengecer mencapai Rp2.000 hingga Rp2.550 per butir, tergantung ukuran telur.
"Kami terpaksa menyesuaikan harga jual dengan kenaikan harga di tingkat peternak agar tidak merugi. Meski pembeli acapkali mengeluh. Telur ukuran kecil biasanya dijual Rp1.500 per butir, saat ini naik Rp1.750 per butir. Ukuran super biasanya Rp2.200 per butir kini naik di kisaran Rp2.500 hingga Rp2.550 per butir," kata Katrina (56) pedagang telur ayam di pasar sentral Kota Gorontalo, Kamis.
Ia mengaku, meski mengalami kenaikan namun permintaan telur tetap stabil. Dalam sehari, Katrina menjual sekitar 150 hingga 200 bak telur. "Namun kalau permintaan sepi, biasanya lebih sedikit dari permintaan normal. Kalau permintaan meningkat, biasanya kami kesulitan memenuhi permintaan pelanggan," katanya.
Kenaikan harga telur kata dia, umumnya dipengaruhi kenaikan harga pakan ayam. "Kalau harga pakan naik, harga telur pasti naik. Jadi kenaikannya tidak otomatis karena permintaan meningkat," kata Katrina.
Kepala Dinas Koperasi UMK Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Provinsi Gorontalo, Risjon Sunge, mengatakan, pihaknya memantau pergerakan harga telur di pasar pasar tradisional. Baik di pusat Kota Gorontalo, maupun dari kabupaten lainnya.
"Kenaikan harga memang terjadi di tingkat pedagang pengecer. Per bak telur isi 30 butir, naik di kisaran Rp2 ribu hingga Rp3 ribu. Ini terus kami pantau dan laporkan. Termasuk memperoleh laporan dari instansi terkait di seluruh kabupaten dan kota," katanya.
Risjon menyebut, meski mengalami kenaikan namun stok telur ayam tetap tersedia. "Kita utamakan ketersediaan stok, sebab kenaikan harga telur memang dipengaruhi beberapa faktor, seperti produksi berkurang, kenaikan biaya transportasi hingga kenaikan harga pakan. Peternak ayam penghasil telur, rata-rata mengeluhkan kenaikan harga pakan sebab sangat berdampak pada harga telur di pasaran," katanya pula.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023
"Kami terpaksa menyesuaikan harga jual dengan kenaikan harga di tingkat peternak agar tidak merugi. Meski pembeli acapkali mengeluh. Telur ukuran kecil biasanya dijual Rp1.500 per butir, saat ini naik Rp1.750 per butir. Ukuran super biasanya Rp2.200 per butir kini naik di kisaran Rp2.500 hingga Rp2.550 per butir," kata Katrina (56) pedagang telur ayam di pasar sentral Kota Gorontalo, Kamis.
Ia mengaku, meski mengalami kenaikan namun permintaan telur tetap stabil. Dalam sehari, Katrina menjual sekitar 150 hingga 200 bak telur. "Namun kalau permintaan sepi, biasanya lebih sedikit dari permintaan normal. Kalau permintaan meningkat, biasanya kami kesulitan memenuhi permintaan pelanggan," katanya.
Kenaikan harga telur kata dia, umumnya dipengaruhi kenaikan harga pakan ayam. "Kalau harga pakan naik, harga telur pasti naik. Jadi kenaikannya tidak otomatis karena permintaan meningkat," kata Katrina.
Kepala Dinas Koperasi UMK Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Provinsi Gorontalo, Risjon Sunge, mengatakan, pihaknya memantau pergerakan harga telur di pasar pasar tradisional. Baik di pusat Kota Gorontalo, maupun dari kabupaten lainnya.
"Kenaikan harga memang terjadi di tingkat pedagang pengecer. Per bak telur isi 30 butir, naik di kisaran Rp2 ribu hingga Rp3 ribu. Ini terus kami pantau dan laporkan. Termasuk memperoleh laporan dari instansi terkait di seluruh kabupaten dan kota," katanya.
Risjon menyebut, meski mengalami kenaikan namun stok telur ayam tetap tersedia. "Kita utamakan ketersediaan stok, sebab kenaikan harga telur memang dipengaruhi beberapa faktor, seperti produksi berkurang, kenaikan biaya transportasi hingga kenaikan harga pakan. Peternak ayam penghasil telur, rata-rata mengeluhkan kenaikan harga pakan sebab sangat berdampak pada harga telur di pasaran," katanya pula.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023